Page 155 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 155

134  —  KEKUASAAN DALAM PENCARIAN PENGETAHUAN


              mengenai detail-detail perbedaan berbagai sekte, menyebut semua ini hanya
              sebagai  “Doel”  atau  “Pasèq”,  tetapi  dia  memperlakukannya  secara  sangat
              berbeda dengan “ngelmoe baru” orang-orang Kristen, yang tidak memiliki tata
              krama Arab. 74

              Surat-surat  Poensen,  yang  merupakan  versi  berimbang  dari  artikel-
          artikel  terdahulunya  yang  fanatik  di  MNZG,  mencakup  berbagai  macam
          pokok persoalan, mulai persoalan-persoalan kalender dan perkawinan hingga
          ibadah haji dan puasa. Surat-surat itu segera menarik perhatian Veth yang
          tak kenal lelah, yang menerbitkannya sebagai sebuah monograf pada 1886.
          Itulah Veth, yang akhirnya direkrut ke Universitas Leiden pada 1877, yang
          sekarang mendominasi bidang Indologi. Suaranya terdengar nyaring dalam
          bidang geograf , botani, sejarah, dan etnograf  Sumatra dan Jawa. Banyak dari
          pengetahuan tersebut dikumpulkan dari laporan para pejabat dan misionaris
          yang  telah  pensiun  atau  dari  orang-orang  yang  bagi  mereka  publikasi
          merupakan tindakan yang tidak bijak.  Veth jugalah yang mengenali rawa-
                                          75
          rawa tempat Belanda terperosok di Aceh akibat kegagalan mengumpulkan
          informasi  intelijen  yang  akurat  sebelum  1873.  Banyak  informasi  tentang
          tanah Sumatra sebenarnya bukan disumbangkan oleh Veth yang bekerja dari
          belakang meja, melainkan oleh putranya yang pengusaha, Daniël (1850–85).
          Meski  demikian,  Veth  yang  lebih  tua  tetap  lebih  terkenal  karena  tulisan-
          tulisannya mengenai Jawa, yang menjadi topik presentasi di Pameran Kolonial
          pada 1883. 76
              Cendekiawan lain yang punya ketertarikan yang besar terhadap Hindia
          dan hukum di sana adalah seorang mantan tokoh Delftian, A.W.T. Juynboll
          (1834–87). Dia dipekerjakan di Leiden bersama Veth dan Pijnappel. Pada 1881
          dia menerbitkan dua ulasan pendek mengenai buku pengantar al-Samarqandi
          dengan niat membantu para pejabat kolonial untuk lebih memahami apa yang
          sudah dipaparkan oleh koleganya, Grashuis, dalam buku-buku teks berbahasa
               77
          Sunda.   Usaha-usaha  Juynboll  kalah  pamor  pada  1887  ketika  mantan
          murid Roorda dan Veth, van den Berg, menerbitkan hasil survei mengenai
          buku-buku  berbahasa  Arab  yang  digunakan  di  pesantren-pesantren  Jawa.
          Ini menandai kemajuan besar untuk bidang riset Hindia karena datang dari
          salah seorang tokohnya yang terkemuka, van den Berg, cendekiawan utama
                                                                      78
          di Batavia bidang bahasa Arab yang sering dianggap pula bidang Islam.  Tak
          lama  kemudian,  berbagai  peristiwa  membuat  van  den  Berg  mengarahkan
          perhatian ke luar pagar skriptorium dengan mempertimbangkan posisi orang-
          orang Arab dalam masyarakat setempat. Namun, ini adalah sebuah pergeseran
          yang  tidak  bisa  terjadi  sebelum  seluruh  administrasi  kolonial  mengalami
          semacam guncangan. Bahkan, guncangan ini sudah diramalkan oleh Verkerk
          Pistorius.
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160