Page 187 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 187

166  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN


          tarik kebangsawanan Diponegoro ataupun semangat ikonoklastik, semangat
          perlawanan Tuanku Nan Rinceh. Lebih realistis untuk memandang Cilegon
          sebagai perlawanan lokal ketimbang jihad populer. Wajar jika banyak surat
          kabar Hindia terobsesi dengan agen-agen tarekatnya dan banyak telunjuk pun
          ditudingkan ke Mekah. Namun, bukan berarti bahwa semua pejabat, meski
          gelisah  mengenai  wabah  aktivisme  Islam,  berpandangan  sama  mengenai
          mekanisme yang melandasi kerusuhan sosial di Jawa.
              Residen Surakarta melihat para mantan pejabat dan bangsawan yang
          tidak puas memanipulasi kalangan santri sebagaimana para guru yang fanatik
          memanipulasi kaum priayi. Meski demikian, sang residen tetap menuding
          koneksi  Mekah  yang  diwujudkan  oleh  banyak  haji,  yang  membawa  para
          pengikut  mereka  menuju  kegilaan  melalui  dzikr  berlebihan.  Dzikr  pun
          diyakini  mengantar  pada  “keadaan  mabuk”,  tempat  seseorang  secara
          membabi buta mengikuti sang pemimpin, bahkan hingga titik “secara suka
          rela membunuh dirinya sendiri”. Yang lebih mengkhawatirkan sang Residen,
          rel kereta mempermudah kunjungan ke pesantren-pesantren tempat teknik
          semacam itu diajarkan “hampir sebagai hal lumrah”:

              Tidak  ada  seorang  pemuda  pun  yang  ingin  menampilkan  dirinya  memiliki
              sedikit pendidikan atau pengetahuan tentang dunia hendak menyangkal bahwa
              dia pernah menghabiskan waktu, betapa pun singkatnya, di sebuah pêsantrèn.
              Pêsantrèn sekarang didatangi para pemuda dari kelas paling miskin, yang hidup
              seperti para biarawan-pengemis dengan biaya dari orang-orang yang lebih kaya.
              Di pêsantrèn-pêsantrèn ini, pada usia ketika orang paling mudah membentuk
              ikatan persahabatan abadi, berbagai hubungan terjalin di antara orang-orang
              dari berbagai kelompok sosial paling berbeda, dan dari seluruh bagian Jawa.
              Dengan begitu, penyebaran gagasan tertentu menjadi sangat mudah. Di sanalah
              ada bahaya besar, yang pada saat-saat tertentu bisa tumbuh dari kesengsaraan
              dan kemiskinan yang melanda ketika massa merindukan keadaan yang lebih
              baik. Oleh karena itu, semakin mudah menerima ramalan orang-orang yang
              mereka  anggap  pemimpin  agama  ...  tak  peduli  betapa  tak  masuk  akalnya
              ramalan-ramalan tersebut. 64
              Sosok  yang  terbukti  benar  setelah  peristiwa  Cilegon  adalah  Holle.
          Dia mampu memberikan laporan kepada Gubernur Jenderal tentang ‘Abd
          al-Karim dari Banten yang kerap dicurigai, yang konon adalah guru utama
          bagi “hampir semua” penghulu distrik dan subdistrik di Afdeling Serang dan
          seseorang yang bisa mendatangkan banyak kerusakan dari Mekah.  Setelah
                                                                   65
          berkomunikasi dengan Snouck, Holle bisa menyampaikan pendapatnya:
              Abdulkarim Banten sangat saya kenal, penerus Chatib Sambas dan sjech tareqat
              Jawa yang paling dihormati di Mekah (setelah Abdel-Sjakoer dari Surabaya). Dia
              tinggal di Mekah lebih dari empat puluh tahun. Saya punya bermacam anekdot
              mengenai dirinya dan saya kerap mengunjunginya. Dia sendiri memberi tahu
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192