Page 192 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 192

PERJUMPAAN-PERJUMPAAN KOLABORATIF  —  171


               terbesar pemerintah kolonial. Lebih jauh, Snouck mengejek pernyataan bahwa
               Nawawi “yang ortodoks” akan menyetujui “pertunjukan” seperti yang terjadi
               di Cilegon. Nawawi mengutuk jenis “mistikus kasar” semacam itu melalui
               sebuah fatwa, yang menurut seorang pejabat junior di Serang membuatnya
               mendapatkan ancaman pembunuhan. 7
                    Demikianlah, Snouck berangkat mencari para musuh yang kasar bagi
               ortodoksi  Islam  ataupun  keamanan  kolonial.  Ini  perjalanan  yang  tidak
               terburu-buru.  Di  Sukabumi,  pada  pertengahan  Juli,  dia  tinggal  bersama
               menantu  mantan  penghulu.  Orang  ini  menyertai  Snouck  berkeliling  ke
               sekolah-sekolah  setempat  dan  mendapati  para  guru  menggunakan  Sullam
               al-tawf q sebagaimana dikomentari oleh Nawawi, serta sebuah cetakan baru
               buku pengantar al-Sanusi. Snouck mencatat para guru tidak bisa melakukan
               aktivitas tanpa izin dari ulama yang diawasi Belanda dan setiap buku baru
               harus  diperiksa  sebelum  digunakan.  Selain  itu,  Snouck  mengamati  bahwa
               semua  teks  berbahasa  Arab,  tetapi  penjelasan  disampaikan  dalam  bahasa
               Sunda. Di sini pula dia mencatatkan sesuatu mengenai pencariannya terhadap
               sebuah buku misterius, Martabat tujuh, yang disebarkan oleh seorang guru
               Batavia  bernama  Wirta  atau  Merta.  Tak  seorang  pun  yang  dia  temui  di
               Priangan  pernah  mendengar  tentang  buku  tersebut,  atau  pernah  bertemu
               pengarangnya, yang konon muncul di Ibu Kota tepat setelah para pelayan
               rumah tangga menerima gaji. 8
                    Catatan-catatan ini berguna bagi Snouck untuk berbagai pernyataannya
               mengenai Islam di Hindia. Catatan yang sama juga berguna bagi pihak-pihak
               lain  karena  merupakan  produk  sebuah  keterlibatan  dengan  para  informan
               yang siap mendapatkan keuntungan dengan si orang Belanda muda. Yang
               paling penting di antara mereka adalah Hasan Mustafa, yang diklaim pernah
               Snouck jumpai di Kota Suci. Hasan Mustafa muncul di halaman dua. Snouck,
               yang pergi ke Garut bersama Holle, mencatat bahwa Hasan Mustafa adalah
               murid Muhammad Garut (disusul Nawawi Banten, Muhammad Hasab Allah,
               Mustafa ‘Af f , dan ‘Abdallah al-Zawawi) di Mekah. Hasan Mustafa kembali
               ke rumah  ketika  ayahnya  tidak  mampu  lagi  membiayainya. Karena  sudah
               menjalin hubungan dengan Penghulu Kepala, dia diberi sebuah sekolah dan
               tempat tinggal dekat masjid kota yang posisinya tidak pas. 9
                    Catatan sepintas lalu semacam itu mengarahkan pada kenyataan bahwa
               mereka tidak pernah bertemu sebelum titik ini. Korespondensi Hasan Mustafa
               sulit dipahami pada titik ini, dan Snouck sendiri tidak pernah memberikan
               perincian  tentang  pertemuan  mereka  di  Mekah.   Walaupun  perjumpaan
                                                          10
               mereka di Mekah hanya sekilas, tak diragukan lagi mereka ditakdirkan untuk
               bertemu karena Hasan Mustafa adalah anak didik Holle serta ‘Abdallah al-
               Zawawi.  Masa  depan  mereka  di  Hindia  saling  berkelindan  karena  Hasan
               Mustafa  menjadi  informan  Snouck,  dengan  bayaran  f50  per  bulan.  Sejak
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197