Page 197 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 197

176  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN


          salah seorang guru Hasan Mustafa yang juga putra murid Mulabaruk, yaitu
          Hasan Basri dari istri Jawa-nya di Mekah. Snouck pastinya sudah mendengar
          tentang  penutur  bahasa  Arab  yang  fasih,  yang  namanya  kerap  disebutkan
          oleh para informan berbarengan dengan nama ‘Ubayda.  Muhammad Garut
                                                         20
          mendapatkan pendidikan awalnya dari sang ayah di Kiara Kareng. Pada usia
          sekitar dua puluh, dia pergi ke Mekah dan tinggal selama tujuh tahun di
          bawah bimbingan Syekh Zahid dari Solo, ‘Ali Rahbani al-Misri, Muhammad
          Salih al-Zawawi, dan Muhammad Hasab Allah. Muhammad Garut akhirnya
          mengaitkan  diri  dengan  Ahmad  Khatib  Sambas.  Dia  kemudian  ke  Garut
          pada 1879 sebelum kembali ke Mekah pada sekitar 1882. Setelah itu, dia
          pergi  bolak-balik  ke  Kota  Suci,  menunjuk  wakil-wakilnya  sendiri,  seperti
          Muhammad Salih di Sukabumi. 21
              Yang  lebih  menarik  adalah  hubungan  mendalam  antara  Muhammad
          Garut dan Hasan Mustafa melalui calon penerus Muhammad Garut, Adra‘i.
          Adra‘i adalah salah seorang guru Hasan Mustafa di Garut. Mereka melakukan
          perjalanan  ke  Mekah  bersama  dan,  setelah  tinggal  enam  tahun,  kembali
          bersama-sama. Setelahnya Hasan Mustafa menikahi keponakan Muhammad
          Garut. Dengan demikian, Hasan Mustafa adalah informan yang ideal pada
          beberapa  tingkatan  pengajaran,  mulai  tata  bahasa  sampai  mistis.  Kontak
          personal  mereka  barangkali  telah  membuka  mata  Snouck  secara  berbeda
          terhadap  para  praktisi  tarekat,  dan  barangkali  memberinya  alasan  untuk
          memikirkan kembali, atau setidaknya mengimbangi, ramalan bahaya untuk
          publik yang dia ajukan sebelumnya.
              Ada  guru-guru  lain  yang  bisa  jadi  memiliki  pengaruh  yang  sama
          terhadap  Snouck.  Dia  paling  terkesan  dengan  seorang  “Qadiri”  lain  di
          Cirebon,  yaitu  Muhammad  Talha  dari  Kalisapu  putra  Penghulu  Kepala
          Cianjur. Talha pernah belajar di daerah setempat pada Muhammad Sahih (w.
          1886)—seorang murid Mulabaruk dan ‘Ubayda—dan pada Hasan Mustafa
          di Mekah sebelum kembali ke kampung halamannya sebagai guru Qadiriyyah
          wa-Naqsyabandiyyah. Latar belakang Talha pastinya telah memengaruhi arah
          yang  dia  ambil  karena  tampaknya  ayah  Talha  berperan  dalam  menjelek-
          jelekkan  dan  mengusir  Kiai  Lengkong,  yang  pesantrennya  dicemooh  oleh
          van Sevenhoven pada 1839. Meskipun putra-putra Kiai Lengkong sejak saat
          itu mendapat dukungan pemerintah kolonial, Snouck memandang rendah
          Hasan Absari dari Cianjur dan orang-orang yang sejenis dengan mereka. Dia
          juga tidak menghargai banyak orang Akmali di Cilacap, menyatakan bahwa
          kota tersebut “tidak memiliki cendekiawan”. 22
              Ketika  dijajarkan  dengan  para  guru  semacam  itu, Talha  benar-benar
          terlihat memiliki standar yang lebih tinggi. Snouck jelas terkesan kali pertama
          bertemu  dengan  Talha  di  Kalisapu  pada  24  Agustus  1889.  Pesantrennya
          sama  sekali  bukanlah  kumpulan  pondok-pondok  bambu.  Talha  memiliki
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202