Page 199 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 199

178  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN

          SNOUCK SEBAGAI WEDANA

          Snouck berusaha menyamai sumber terdahulunya, Poensen, dalam artikel-
          artikel  surat  kabar  yang  ditujukan  kepada  publik  kolonial.  Namun,  di
          sisi  lain,  dia  memerankan  sosok  seorang  pejabat  junior  atau  wedana,  dan
          menempatkan dirinya di atas desaman “si orang desa”-nya Poensen. Artikel-
          artikel  ini  mulai  muncul  secara  bersambung  dalam  koran  progresif  De
          Locomotief  pada  awal  Januari  1891  dan  berlanjut  hingga  Desember  tahun
          berikutnya, pada saat Snouck sedang melaksanakan penyelidikan langsung
          mengenai pemberontakan Aceh. Dalam surat-surat yang diyakini terdorong
          oleh perhatian penuh kasih seorang pengawas yang sangat banyak tahu, Snouck
          memberi  para  pembacanya  sebuah  gambaran  nyata  mengenai  kehidupan
          orang Jawa mulai ayunan hingga pondok, dan seterusnya. Gambaran tersebut
          adalah  sebuah  kisah,  yang  dituturkan  dengan  nada  merendahkan  diri,
          mengenai sebuah perjumpaan antara Timur yang spiritual dan Barat yang
          rasional,  tempat  kebijaksanaan  intuitif  orang-orang  lokal  yang  menjalani
          hidup dalam sebuah dunia yang dipenuhi ruh-ruh terlalu sering diabaikan
          oleh para mandor Eropa yang kasar dan kerap kali mabuk.
              Selagi  wedana-nya  Snouck  menggambarkan  berbagai  ritus  di  seputar
          kehamilan,  kelahiran,  dan  peristiwa-peristiwa  kehidupan  lainnya,  dia  juga
          mencatat bahwa zaman sedang berubah. Para santri yang keras menghilangkan
          banyak  hidangan  ritual  terdahulu,  doa-doa  lebih  sering  terdengar  dalam
          bahasa Arab ketimbang bahasa Jawa, terdapat semakin banyak orang Arab
          dan haji yang terlihat, dan bahkan kelompok elite priayi memilih nama-nama
          bahasa Arab untuk anak-anak mereka. Haji dan orang Arab masih menjadi
          momok menakutkan bagi anak-anak kebanyakan (di samping orang Belanda
          dan  priayi).  Namun,  banyak  orang  bercita-cita  mengirimkan  anak-anak
          mereka ke pondok untuk dibimbing sang guru sebagai orangtua pengganti.
          Di sini murid terlibat pembelajaran sebaya yang intensif, teks-teks yang sudah
          diselesaikan disahkan secara pribadi oleh guru dan ijazahnya memungkinkan
          sang murid untuk melanjutkan perjalanan ke pesantren berikutnya tempat
          mereka  kerap  akan  diminta  terlibat  dalam  kerja  pertanian,  paling  sering
          menanam kopi. Mengulangi komentar-komentar Verkerk Pistorius mengenai
          Sumatra, Snouck mengamati bahwa perjalanan semacam itu memberi para
          santri Jawa pengetahuan geograf s mengenai pulau yang jauh lebih unggul
          dibandingkan pengetahuan para pejabat yang semestinya mengawasi mereka.
              Akan  tetapi,  persoalannya  beranjak  lebih  jauh.  Wedana-nya  Snouck
          tidak hanya menyesalkan kebodohan para pejabat Belanda yang dicetak di
          Belanda, tapi juga menyayangkan sikap umum yang mereka miliki terhadap
          Islam.  Sikap  itu  sudah  terlalu  jauh  sehingga  seorang  priayi  yang  menolak
          minum alkohol dianggap fanatik, dan mereka yang hendak bershalat harus
          melakukannya  secara  sembunyi-sembunyi.  Akibatnya,  para  pejabat  priayi,
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204