Page 201 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 201

180  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN


              Saya kerap ditanyai apakah tarèkat-tarèkat ini bisa bekerja sama untuk membuat
              penduduk tidak menyukai pemerintah atau menimbulkan kebencian terhadap
              orang-orang dengan orientasi yang berbeda. Jawaban saya seperti ini: dalam
              semua kasus, ini bergantung kepada sang goeroe. Jika dia bodoh dan buruk, dia
              pun mengajari si orang desa yang percaya takhayul bukan agar menjadi orang
              baik  dan  taat  beragama,  melainkan  agar  melaksanakan  setiap  perintahnya;
              bahkan ada sebagian yang mengajari maling ilmu menghilang dan kekebalan
              untuk melakukan berbagai rencana mereka terhadap pihak-pihak lain. Jika dia
              bodoh tetapi tidak memiliki niat jahat, dia akan mengajarkan ilmu sihir palsu,
              atau hal-hal yang tidak akan dimengerti oleh murid-muridnya, dan dia sendiri
              pun hanya sedikit memahaminya. Sementara itu, seorang guru tarèkat yang
              pandai dan baik, membimbing orang-orang berdasarkan yang dia ketahui di
              jalan agama sehingga mereka akan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
              hati [orang-orang] ketimbang guru kita [yang biasa]. Di Jawa sini, dia akan
              menjadi penuh curiga terhadap pemerintah hanya jika merasa dirinya dicurigai.
              Para guru yang pintar dengan niat yang kurang baik adalah berbahaya, meski
              penduduk  memperlakukan  ajaran-ajaran  mereka  seolah-olah  hampir  bersifat
              Ilahiah. 28

              Di  sini  kemudian  Snouck  mendukung  penilaian  terhadap  para  guru
          berdasarkan  basis  individual.  Dia  melakukan  hal  itu  selama  sisa  karier
          resminya.  Bahkan,  dia  sesekali  berperan  sebagai  pendukung  bagi  para
          guru malang yang dianiaya oleh para “pribumi yang lebih ortodoks”, yang
          menggunakan  hubungan  mereka  dengan  Belanda  untuk  mengklaim  para
          guru berbahaya bagi publik. Pada 1892 Snouck mengingatkan bahwa jika
          membiarkan negara diubah menjadi penganiaya panteisme dan mistisisme,
          negara sebenarnya mengubah sang guru desa menjadi orang yang jauh lebih
          penting daripada yang sebenarnya. 29
              Selain  itu,  jelas  bahwa  Snouck  menganggap  berbagai  keadaan  yang
          mengakibatkan pembantaian Cilegon sebagai gejala dari masalah kelembagaan.
          Bukannya mengaitkan pembunuhan-pembunuhan di sana dengan hubungan
          internasional  berbagai  tarekat,  sebagaimana  yang  diduga,  kesalahan  lebih
          terletak  pada  pertemuan  berbagai  gerakan  internal  para  imigran  “fanatik”
          dari  Banten  Utara  menuju  Priangan,  dipadukan  dengan  ketidakmampuan
          dan kebodohan para pejabat setempat yang patut disesalkan. Pastinya Snouck
          mengadopsi  sikap  negatif,  kadang  dengan  cerewet,  terhadap  para  pejabat
          seperti insinyur kolonial, van Sandick, yang memanfaatkan sebuah laporan
          yang diserialkan pada Juli 1891—serta informasi dari van den Berg dan sekutu
          lamanya  Piepers—untuk  mengidentif kasi  ‘Abd  al-Karim  sebagai  inspirasi
          peristiwa Cilegon dalam Leed en lief uit Bantam-nya. Dalam sebuah artikel yang
          menyimpulkan bahwa pengawasan pamong praja yang kuat selalu dibutuhkan
          untuk menjaga api Islam yang terus membara, van Sandick mengklaim bahwa
          Cilegon akan menjadi yang pertama dari banyak peristiwa sejenis pada masa
   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206