Page 205 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 205

184  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN


          pengawasan. Si orang Sunda itu merasa dizalimi dan menyusun risalah panjang
          yang memasukkan fatwa mengenai kewajiban setia pada negara. Pada Desember
          1894 Hasan Mustafa juga menyusun panduan singkat yang mengajari para
          sejawatnya  tentang  bagaimana  menghadapi  para  pengawas  Eropa.  Bersama
          petuah bijak lainnya, dia menasihatkan agar mereka tidak mengubah substansi
          dokumen apa pun yang diminta untuk mereka terjemahkan. 37
              Yang  juga  aktif  adalah  Teungku  Kota  Karang  (w.  1895)  yang  agak
          unik. Setelah pernah menjadi salah seorang polemikus Aceh paling agresif,
          dia  menarik  diri  dari  kehidupan  publik  pasca-penyerahan  diri  Teuku
          Umar. Tampaknya dia sudah tenang dan sangat ingin melihat pembaruan
          perdagangan di pelabuhan. Dia bahkan berhasil meyakinkan Hasan Mustafa
          tentang ketertarikannya terhadap penyebaran lebih luas karya-karya cetakan,
          termasuk  buku-buku  astronomi,  geograf ,  dan  ilmu  alam,  apalagi  Taj  al-
          muluk  (Mahkota  para  Raja)  edisinya  sendiri.   Meskipun  dia  mendukung
                                                 38
          pembukaan kembali perdagangan, sebagaimana beberapa sayyid di kawasan
          ini—di antara mereka ‘Abdallah al-‘Attas, yang berkunjung pada April 1893,
          dan Sayyid Qasim yang sketsanya sampai ke arsip Snouck—banyak pemimpin
          Aceh dari “pihak perang” pedalaman tetap teguh menentang gencatan senjata
          atau bentuk kerja sama apa pun. 39
              Pada Juli 1887 Syekh Samman (w. 1891) selaku Teungku di Tiro sejak
          Desember  1885  mengirimkan  surat  kepada  orang-orang  Arab  Kampung
          Jawa. Dia mengutuk siapa pun yang berani bekerja bersama Belanda. Dia
          juga mengajak mereka ke sebuah pertemuan di makam Teungku di Anjong
          (Sayyid Abu Bakr, w. 1782), sebuah monumen yang sebagaimana dinyatakan
          Snouck, mulai mengalahkan pamor makam ‘Abd al-Ra’uf.  Pada 1891 seorang
                                                         40
          komandan Aceh lain mengeluh bahwa para pemimpin Aceh bergabung satu
          per satu, sementara Konsul Utsmani di Singapura tidak mampu turun tangan
          atas nama mereka dan para syekh Mekah tampaknya hanya tertarik datang ke
          kawasan ini untuk mendapatkan istri “orang Belanda”. 41
              Bahkan,  orang-orang  Aceh  yang  jelas  merupakan  kolaborator, seperti
          Teuku Umar, berbalik melawan Belanda ketika saatnya terlihat tepat. Namun,
          berbekal informasi dari orang-orang seperti Hasan Mustafa yang diolah oleh
          Snouck, Belanda akhirnya membalikkan keadaan sehingga menguntungkan
          meski  harus  mengorbankan  nyawa  ribuan  orang  Aceh.  Strategi  mereka
          melibatkan penggabungan para panglima perang turun-temurun yang tersisa,
          pengejaran tak kenal ampun terhadap gerombolan ulama pemberontak yang
          masih  selamat,  dan  penghancuran  besar-besaran  terhadap  basis  dukungan
          musuh. Keseluruhan afair kotor ini dinyatakan berakhir oleh Van Heutsz pada
          1903 ketika dia menerima penyerahan diri pengklaim takhta Aceh. Namun,
          ini adalah pertunjukan untuk pers. Pertempuran—dan kekejian—berlanjut
          hingga tahun-tahun sebelum Perang Dunia Pertama.
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210