Page 210 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 210

PARA MUFTI BAYANGAN, MODERN KRISTEN  —  189


               terpisah. Para mufti setempat segera memulai aksi untuk menurunkan para
               pemohon dari jabatannya. Hal ini berujung pada dikirimnya permohonan
               kepada  pengklaim  takhta  Palembang  dan  Gubernur  Jenderal  untuk
               mengutus Snouck ke Palembang. ‘Abd al-Rahman yang putus asa bersikeras
               membutuhkan sesuatu lebih dari sekadar karya-karya tercetak Sayyid ‘Utsman
               dan  berharap  bahwa  melalui  “penafsiran  rasional”  Snouck,  keadilan  dan
               kebenaran akan “muncul secara nyata”. 4
                    Para  penuntut  jelas  menerima  gagasan  bahwa,  secara  yuridis, Batavia
               adalah ibu kota Palembang. Meski begitu, surat mereka tidak segera menerima
               jawaban, apalagi kunjungan Snouck. Maka, surat lain pun menyusul, isinya
               sama, tapi dengan penuturan yang lebih dramatis. Meskipun catatannya tidak
               lengkap, terlihat dari rekomendasi resmi Snouck bahwa perkara ini akhirnya
               diselesaikan  dengan  menguntungkan  para  penggugat  setelah  penyebaran
               lebih jauh risalah-risalah lain yang ditulis oleh Sayyid ‘Utsman. Namun, faksi
               penentang tidak tinggal diam tanpa melawan. Mereka berusaha mendanai
               sendiri  kunjungan  Snouck  ke  Palembang  dan  mengirim  surat  kepada
               seseorang yang otoritasnya dianggap akan mengalahkan apa pun yang datang
               dari Batavia. Orang ini adalah Ahmad Khatib al-Minankabawi (1860–1916),
               seorang ahli hukum terkemuka yang bintangnya sedang bersinar di Mekah.
               Dia  menguji  nyali  Sayyid  ‘Utsman  selama  komunikasi  yang  berlangsung
               selama lima tahun berikutnya. 5
                    Satu dekade kemudian kita mendapati korespondensi yang lebih santai
               tapi tegas, dari ‘Abd al-Rahman yang dulu siap bertempur dan sekarang sangat
               ingin dipromosikan menjabat Penghulu Kepala setelah tujuh belas tahun setia
               mengabdi. Pada saat itu, kedudukan Snouck di puncak otoritas hukum Islam
               yang direstui Belanda di Hindia tak dapat disangkal. Pada Mei 1905 jurnalis
               ternama Dja Endar Moeda (1861–?) meminta Snouck memutuskan sebuah
               persoalan yang memecah ulama setelah percetakannya sendiri menghasilkan
               sebuah buku pengantar karya seorang syekh lokal yang bertentangan dengan
               Sayyid ‘Utsman. 6
                    Akan tetapi, semuanya tidak baik-baik saja. Persoalan masjid Palembang
               berkobar lagi pada 1906 dan, seperti yang akan kita lihat, mendung pembawa
               badai menggelayuti Snouck dan ‘Utsman karena negara dan agama Kristen
               dianggap tak terpisahkan. Ini terlepas dari kenyataan bahwa Snouck sudah
               sangat sering bertindak di belakang layar menentang para penerbit artikel-
               artikel yang menghina Islam, seperti ketika Selompret Malajoe di Semarang
               menerbitkan “hikayat para pembantu” pada 1896 yang mengklaim bahwa
               Muhammad adalah anak haram seorang guru. Ibunya, Khadija [sic], melarikan
               diri ke Mesir dan mengabdi kepada seorang pendeta Kristen. 7
                    Sikap  para  misionaris  terhadap  Snouck  yang  awalnya  positif  juga
               berubah. Sebagaimana sebagian orang Kristen masih sangat sedikit memahami
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215