Page 214 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 214

PARA MUFTI BAYANGAN, MODERN KRISTEN  —  193


                    dsb. Tidakkah itu aneh? Belakangan ini semua Mohammedan, bahkan para
                    cendekiawan dan guru, mengenakan pakaian bermodel Belanda: topi, jas, dasi,
                    dsb., dan mereka menggunakan garpu dan sendok. Semua orang tidak mematuhi
                    perintah  buku  itu.  Demikianlah,  Tuhan  mengajari  kaum  Mohammedan
                    bahwa  apa  yang  ada  dalam  buku-buku  mereka  bukanlah  kehendak-Nya,
                    melainkan diletakkan di sana oleh orang-orang yang mendapat ilham dari Roh
                    Kudus.  Berbagai  persiapan  sudah  dibuat  untuk  kaum  Mohammedan  guna
                    mendapatkan  sedikit  pengetahuan;  orang-orang  Belanda  mengajari  mereka
                    sedikit matematika dan menulis dalam aksara Jawa dan Belanda. Pemerintah
                    menyediakan  tenaga  pendidik  di  seluruh  Hindia  Belanda  untuk  anak-anak
                    pribumi. Kita bisa mendapatkan pakaian-pakaian indah, segala jenis perabot
                    dan dekorasi untuk rumah, beraneka ragam peralatan. Kita memiliki berbagai
                    mesin; telegraf; kapal uap; rel kereta; emas, perak, dan tembaga, serta uang
                    kertas. Kita bisa pergi haji ke Mekah dengan mudah. Pemerintah melakukan
                    itu  semua.  Semua  adalah  bantuan  dari  orang-orang  Kristen  untuk  kaum
                    Mohammedan dan semua orang yang hidup di Hindia Belanda. Jika Tuhan
                    berkenan, kaum Mohammedan akan ... memahami bahwa tidak ada anugerah
                    ... selain melalui orang-orang Belanda. 15

                    Misionaris yang baru tiba C.J. Hoekendijk (1873–1948) pada Maret
               1900  dengan  penuh  kegembiraan  menulis  bahwa  Kartawidjaja,  “seorang
               lelaki yang cakap dalam hal kitab suci, Koran, bahasa Jawa, bahasa Sunda,
               dan bahasa Melayu”, mendesak para ulama agar mengabarkan keselamatan
               yang  dibawa  Perjanjian  Baru.  Sebulan  kemudian,  dia  mencatat  bahwa
               Kartawidjaja  dan  seorang  lagi  dari  kalangan  atas  adalah  pribumi  pertama
               yang dikristenkan oleh van der Brug.  Hoekendijk tampaknya terkesan oleh
                                               16
               hal itu dan menikmati ketidaknyamanan yang timbul akibat kehadirannya di
               Indramayu:

                    Ketika datang ke kampoeng Arab, saya mendengar suara-suara dari kejauhan:
                    “Misionaris! Misionaris!” Orang-orang menjauh dari jalan agar tidak tertular
                    saya,  yang  lain  meludah  ke  tanah  menunjukkan  perasaan  mereka.  Mereka
                    mencoba  membuat  istri  Kartawidjaja  tidak  setia.  Bagi  mereka,  Kartawidjaja
                    sudah kaf r, oleh karena itu bisa diperlakukan sesuka hati. Mereka mengancam
                    jiwanya  berkali-kali,  yang  setiap  kali  dia  jawab,  “Mati  untuk  Yesus  adalah
                    kebahagiaan tertinggi; saya tetaplah seorang saksi untuk-Nya.” Di Djati Barang
                    orang-orang mengancam akan membakar rumah-rumah orang Kristen sehingga
                    hanya sedikit yang secara terbuka berani menyatakan diri mereka untuk Yesus.
                    Kartawidjaja  dicaci-maki,  DOEKAT  dipermalukan,  dan  MAKDOER  tidak
                    diakui oleh saudara-saudaranya. 17

                    Kartawidjaja juga disebutkan dalam beberapa edisi koran metropolitan
               yang  menyampaikan  laporan-laporan  Hoekendijk.  Pada  Juni  1900  dia
               dilaporkan menghadiri sebuah debat publik dengan Wedana Jati Barang.
                                                                               18
   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219