Page 216 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 216

PARA MUFTI BAYANGAN, MODERN KRISTEN  —  195


               menyatakan dirinya tidak mampu membantu lantaran “kuatnya kepercayaan
               pemerintah Belanda kepada qadi ini”.
                    Ada unsur kebenaran dalam kisah ini. Setelah pengabdiannya yang tidak
               menyenangkan di Aceh dan kembali menjadi Penghulu Kepala di Bandung,
               sesuatu telah terjadi kepada Hasan Mustafa. Sementara Kartawidjaja memeluk
               agama  Kristen  di  Cirebon  yang  tak  jauh  dari  situ,  sekutu  Snouck  yang
               orang Sunda ini tampaknya kembali ke akar Suf -nya (yang juga akar guru
               Kartawidjaja) dan mulai mengajarkan f lsafat spekulatif dalam bahasa ibunya.
               Karena bahasa Mustafa dianggap sangat sulit dipahami, tidak mengherankan
               bahwa orang-orang ‘Alawi setempat gelisah dan mengirimkan keluhan mereka
               ke Pers Mesir.
                    Surat  kedua  dikirim  ke  Misbah  al-sharq,  tetapi  tampaknya  tidak
               diterbitkan,  malah  berakhir  dengan  Hasan  Mustafa  bersama  dengan
               korespondensi  yang  berisi  kritikan  tajam.  Surat  kedua  ini,  “Penolakan
               terhadap Iblis Bandung dengan Penegasan atas Yang Mahahidup dan Maha-
               abadi”,  memerinci  serangkaian  tuduhan.  Di  antara  kekeliruan-kekeliruan
               lainnya, Hasan Mustafa menolak ortodoksi Ghazalian dan mendukung f lsafat
               Wujudi yang menyangkal sifat-sifat Tuhan. Dia bahkan dituduh menjadi “iblis
               berserban” yang menyesatkan sekelompok Suf . Para Suf  bisa diselamatkan
               karena membatasi pencarian mereka pada pertanyaan mengenai tingkatan-
               tingkatan  Ketuhanan  dan  menerima  ketetapan  yang  menjamin  makhluk-
               Nya. Adapun “kaum materialis” (pseudo-Kristen) yang bidah pengikut Hasan
               Mustafa adalah jenis lain. Dia mengklaim bahwa materi dibentuk dan diberi
               nyawa  oleh  peristiwa-peristiwa  acak,  bahwa  penciptaan  makhluk  melalui
               sesuatu yang disebut “seleksi alam” (al-intikhab al-tabi’i). 20
                    Tampaknya  gagasan-gagasan  Darwin  telah  dibaptis  karena  asosiasi!
               Hasan Mustafa yang jelas-jelas murka menulis bantahan poin-demi-poin dan
               mengejek sang penulis anonim sebagai anak muda yang masih hijau dengan
               kesombongan yang diberikan oleh pendidikan sekolah desa. Dia memberikan
               penjelasan  terperinci  mengenai  keimanan  yang  benar  serta  sifat  Tuhan
               dan  makhluk,  dan  melanjutkan  tulisannya  dengan  menanggapi  apa  yang
               dianggapnya sebagai serangan rasis. Dia mengklaim bahwa sang penulis dengan
               sembrono  membuat  hierarki  bahasa-bahasa  “sehingga  dia  berpikir  bahwa
               bahasa  Arab  lebih  dekat  kepada  Tuhan  ketimbang  bahasa  Melayu,  bahasa
               Melayu lebih dekat dibandingkan bahasa Jawa, dan bahasa Jawa lebih dekat
               ketimbang bahasa Sunda”. Dia menyimpulkan bahwa apa yang sebenarnya
               menjadi  keberatan  si  penulis  adalah  perbedaan-perbedaan  kultural  yang
               memecah belah orang-orang Muslim dalam soal-soal seperti praktik tarekat
               serta ritual kematian, dan berpendapat bahwa, setelah semua dipertimbangkan,
               perbedaan-perbedaan semacam itu tidak akan pernah teratasi. “Orang Jawa
               adalah orang Jawa, dan orang Sunda adalah orang Sunda”. 21
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221