Page 211 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 211

190  —  ORIENTALISME DIGUNAKAN


          Islam, jelaslah bahwa ada banyak orang yang sangat sedikit menghargai niat
          Snouck, terutama ketika kabar angin tentang keislamannya menyebar cepat.
          Ketika  keraguan  demikian  disuarakan,  Snouck  menanggapi  baik  secara
          pribadi  maupun  lewat  pers.  Segera  setelah  pernikahannya  pada  1890  di
          Priangan, misalnya, dia membuat De Locomotief membungkam kabar angin
          mengenai hal itu dan dia langsung menyangkal fakta pernikahannya kepada
          teman  teolognya,  Herman  Bavinck.  Pada  Februari  1897  setelah  menulis
          kepada Aboe Bakar untuk memastikan rahasianya di Mekah aman, dia juga
          membuat  Soerabaiasch  Handelsblad  memperbaiki  pernyataan-pernyataan
          yang  menyiratkan  bahwa  dia  adalah  seorang  cendekiawan  di-balik-meja
          dengan sedikit pemahaman mengenai bahaya Islam. Bahkan, dia selalu bisa
          menemukan kolom untuk bantahan-bantahannya, terutama yang ditujukan
          kepada para kritikus seperti van Sandick. 8
              Terlepas  dari  berbagai  pertanyaan  yang  diajukan,  pada  1900  jaringan
          Snouck sebagian besarnya tetap tak terancam. Dengan wafatnya Nawawi di
          Mekah pada 1896, seorang cendekiawan Jawi lain, ‘Abd al-Hamid dari Kudus,
          mengambil alih tugas mengumpulkan buku-buku untuk Snouck yang dikirim
          lewat Aboe Bakar.  Seperti Nawawi, ‘Abd al-Hamid menjadi terkenal karena
                         9
          karya-karya  berbahasa  Arab-nya.  Sebagian  orang  menganggapnya  sebagai
          penghubung penting bagi perkembangan gerakan-gerakan baru Islam di Jawa
          pada abad kedua puluh, atau sebagai saluran bagi reformisme dan nasionalisme.
          Di sisi lain, dia dikeluarkan dari kisah tentang yang modern karena kehormatan
          ini diklaim oleh orang-orang yang agak berbeda, yang sebagiannya memandang
          “Mufti” ‘Abd al-Ghaf ar dengan mata yang kian menyipit.



          DARI AL-QURAN KE INJIL
          Satu  lagi  unsur  yang  perlu  ditekankan  sebelum  beralih  untuk  memeriksa
          masa depan para Suf , pembaharu, dan cendekiawan yang saling berkelindan
          pada abad kedua puluh: yaitu, prospek (atau momok) Kristenisasi. Julukan
          “Nasrani” merupakan bagian dari bahasa percakapan di Asia Tenggara jauh
          lebih lama daripada “Padri”. Namun, akan terlihat bahwa pada pengujung
          1800-an para misionaris akhirnya mendapatkan hasil yang diperoleh dengan
          susah payah di pedalaman Sumatra serta pesisir selatan Jawa, dan di antara
          pulau-pulau kecil yang terletak lebih jauh tempat mereka diberi izin masuk.
          Dalam  beberapa  kasus,  kegiatan  para  misionaris  mendapatkan  hasil  yang
          tak diinginkan. Di Bagelan pada 1882, seorang santri yang menjadi pendeta
          mengklaim bahwa keimanan kepada Yesus menempatkan orang-orang Jawa
          sejajar dengan orang-orang Kristen kulit putih dan membebaskan mereka dari
          kewajiban bekerja untuk negara kolonial. Para pejabat setempat dan kerabat
          misionaris mereka tidak senang. 10
   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216