Page 235 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 235

214  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


              Tak diragukan lagi, persoalan ini sama sekali belum selesai. Saling jawab
          lebih lanjut antara para pembaca al-Imam dan Utusan Melayu menunjukkan
          bahwa  para  guru  setempat  sama  sekali  tidak  terkesan  oleh  keseluruhan
          perkara ini. Satu pihak melangkah begitu jauh membela ajaran-ajaran mereka,
          dengan menyebut silsilah Sulayman Afandi atau mendesak agar persoalan-
          persoalan semacam itu tidak didiskusikan di surat kabar. Sementara itu, pihak
          lain mengutip karya Ahmad Khatib Izhar zaghl al-kadhibin yang sekarang
          memiliki nama buruk dan melampirkan fatwa para ulama Mekah.
              Harus  diperhatikan  bahwa  bukanlah  al-Imam  yang  memunculkan
          momok  Ahmad  Khatib,  meski  berbagai  sumber  dan  kutipan  keduanya
          memiliki  kesamaan  yang  mencolok.  Bahkan,  rujukan  pada  Izhar  muncul
          dalam sebuah surat yang dikirim oleh “Masbuq” pada Utusan Melayu, yang
          para editornya jelas berharap bahwa perkaranya akan selesai dengan semacam
          pernyataan otoritatif dari Mekah.  Namun, dalam al-Imam kontroversi ini
                                      32
          akan menghabiskan lebih banyak cetakan karena surat kabar ini mengklaim
          menawarkan ruang bagi para ahli ataupun para pencela. Murid al-Haqq dari
          Perak  yang  tampak  sangat  menyesal,  misalnya,  mengaku  berhasil  selamat
          setelah hampir masuk ke tarekat Sulayman Afandi akibat membaca salinan
          al-Imam milik seseorang, yang mengukuhkan keraguan-keraguan yang sudah
          ada dalam benaknya.  Murid al-Yaqin dari Pahang yang juga jelas merupakan
                           33
          nama palsu membela ajaran dan otoritas Khalidiyyah dibandingkan “sebagian
          tarekat pada masa sekarang”, dan mendesak agar Murid al-Haqq memeriksa
          tulisan-tulisan  Ahmad  Khatib  Sambas,  belum  lagi  karya-karya  Isma‘il  al-
          Minankabawi dan tokoh terkemuka Khalidi Suriah, ‘Abd al-Majid al-Khani,
          penulis  Bahja  al-saniyya  yang  cetakan  Kairo-nya  bisa  dipesan  dari  katalog
          Muhammad Siraj di Singapura. 34
              Para guru lainnya juga sudah bosan dengan kehebohan ini. Jika kita
          hendak  memercayai  laporan-laporan  yang  dikirimkan  pada  al-Manar  dari
          Singapura dan Kuala Lumpur pada Agustus 1908, para guru tarekat mulai
          melarang  pembacaan  dan  penyebaran  al-Imam  secara  umum  di  kalangan
          murid mereka dan kalangan orang awam. Jika kita menerima kemungkinan
          bahwa  kebanyakan  pembaca  al-Imam  berada  di  kalangan  tarekat,  dan
          kemudian  dalam  komunitas-komunitas  yang  menyokong  mereka,  boikot
          semacam itu pastinya akan memengaruhi kelangsungan hidup surat kabar
          tersebut karena akan lebih banyak tinta yang dihabiskan untuk persoalan-
          persoalan tarekat pada 1908. 35
              Ketika edisi Kairo berbagai serangan lebih lanjut Ahmad Khatib tersedia,
          perancuan  ajaran-ajarannya  dengan  apa  yang  disuarakan  al-Imam  menjadi
          lebih lazim. Mereka juga lebih erat dikaitkan dengan pernyataan-pernyataan
          Rasyid Rida, membuat para pengamat Barat berikutnya menobatkan surat
          kabar tersebut sebagai pertanda “modernisme” Salaf  di Nusantara. Walaupun
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240