Page 238 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 238

DARI SUFISME KE SALAFISME  —  217


               sebagai kaum Wahhabi baru dan para pewaris langsung kaum Padri. Mereka
               sendiri sebenarnya meninggalkan apa yang tampaknya merupakan enam abad
               usaha peniruan ortodoksi Mekah secara sadar di bawah para penguasa Jawi
               yang telah menanamkan berbagai tiang puja-puji bagi para sayyid asing dan
               para wali setempat. Seperti akan kita lihat, beberapa cendekiawan Belanda
               tidak  bisa  tidak  menyetujui  sikap  mereka  dan  bergabung  bersama  mereka
               dalam menatap masa depan yang kelihatannya lebih cerah.



               SIMPULAN
               Dalam  bab  yang  singkat  ini,  sekali  lagi  kita  mengarahkan  pandangan
               melampaui wilayah Belanda untuk melacak transmisi reformisme Islam ke
               Nusantara. Ini adalah kisah yang dibentuk oleh suara-suara Melayu, tetapi
               akhirnya terhubung dengan Kairo, tempat percetakan dan aktivisme publik
               menjadi ciri khas gerakan Salaf  baru Muhammad ‘Abduh dan Muhammad
               Rasyid  Rida.  Sebagai  bagian  dari  kebijakan  mereka  untuk  menata  ulang
               masyarakat Muslim, gerakan ini menyerukan agar kaum Muslim memutus
               jaringan patronase lama yang diorganisasikan di seputar tarekat dan sayyid.
               Namun, seperti kita lihat dalam kasus al-Imam dan kemunculannya, gagasan-
               gagasan  demikian  sebenarnya  diluncurkan  oleh  para  pemikir  yang  persis
               memiliki hubungan-hubungan semacam itu. Tujuan mereka bisa diselaraskan:
               keduanya hendak membatasi Suf sme untuk kalangan elite dan mendorong
               perluasan pemahaman yang tepat terhadap Syari‘ah kepada lingkaran pembaca
               yang lebih luas. Namun, terdapat ketegangan inheren dalam “harmoni” ini.
               Ketegangan itu secara tak terhindarkan mengakibatkan runtuhnya berbagai
               pembaharuan yang dipimpin sayyid dan, seperti kita lihat, munculnya ruang
               publik  yang  semakin  terpecah-pecah  di  Hindia  Belanda.  Ke  depannya,
               berbagai aliran gerakan muslim “modernis” berusaha memimpin di bawah
               pengawasan Kantor Urusan Pribumi (tetapi bukan lagi Arab).
   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243