Page 239 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 239

SEBEL AS

                          PARA PENASIHAT


                       UNTUK INDONESIË

                                  1906 – 1919









              alam  surat-surat  pensiunan  wedana  yang  ditulisnya  dengan  nama
         Dsamaran, Snouck Hurgronje menegaskan, seperti yang dilakukan setiap
          cendekiawan  muslim  yang  terhormat,  bahwa  Suf   sejati  bisa  dikenali  dari
          silsilahnya. Namun, sang wedana tidak mengatakan apa-apa mengenai individu
          yang sama itu sebagai mewakili sebuah bahaya bagi negara. Juga jelas bahwa
          perhatian pribadi Snouck sejak awal adalah menguraikan berbagai silsilah yang
          ditemukannya di lapangan, dengan niat mengungkapkan silsilah sejati sejarah
          Hindia. Pada Januari 1890 dia menulis kepada mentornya, Nöldeke, bahwa
          dia  berharap  menghabiskan  musim  hujan  dengan  bundel-bundel  materinya
          yang baru saja dikumpulkan. Terlepas dari “segala macam kerja pemerintahan
          yang belum selesai”, yang dia harapkan berkisar di seputar data etnograf snya
          dan menuntaskan kesalahpahaman yang ditimbulkan oleh van den Berg, dia
          sangat bersemangat dengan berbagai kemungkinan dalam materi yang telah dia
          kumpulkan  mengenai  “penyebaran  paling  dini  berbagai  persaudaraan  mistis
          di  kawasan-kawasan  ini”,  yang  diklaimnya  memberikan  “sebuah  wawasan
          mengenai penyebaran Islam paling awal di sini, dan cara bagaimana Islam dan
          Hinduisme berhadapan dan berinteraksi”. Pada tahun itu pula Snouck menulis
          dengan kerangka yang sama kepada Direktur bidang Pendidikan bahwa dia
          memiliki  “sebuah  koleksi  yang  kaya”  berupa  literatur  pribumi  yang  dapat
          dimanfaatkannya  pada  tahap  tertentu  “demi  menyajikan  sejarah  masuknya
          Islam dan sifatnya pada masa kini dengan pemahaman yang lebih jelas.” 1
              Kebanyakan pejabat Belanda memiliki prioritas sangat berbeda. Mereka
          ingin  mengetahui  bagaimana  memaknai  berbagai  manifestasi  Islam  yang
          terlihat di hadapan mereka setiap hari. Di mata mereka, tugas utama Snouck
          adalah menjelaskan soal-soal yurisprudensi, atau lebih lagi bahan-bahan yang
          dibawa  dari  rakyat  yang  memberontak.  Setelah  urusan  Selompret  Malajoe
          pada 1896, misalnya, Snouck berkorespondensi dengan Asisten Residen Polisi
          di Semarang, G. Hogenraad. Mata-mata Hogenraad melaporkan bahwa para
   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244