Page 249 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 249

228  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


              Di bawah ini adalah sebuah permohonan untuk pertimbangan [Pemerintah]
              yang  adil  berdasarkan  empat  perkara  yang  orang-orang  pribumi  merasa
              berterima kasih.
                 Nomor 1: orang-orang pribumi sangat berterima kasih atas adilnya “kontrak”
              (kuntrak) Pemerintah untuk tidak turut campur dalam perkara-perkara agama.
                 Nomor 2: orang-orang pribumi sangat berterima kasih karena Pemerintah
              mengizinkan  pribumi  mendapat  ketenangan  dalam  melaksanakan  shalat,
              memperbesar masjid, dan menyediakan sumur serta praktik pernikahan, hak
              waris, dan membayar gaji para penghulu dan Raad Agama.
                 Nomor  3:  orang-orang  pribumi  sangat  berterima  kasih  atas  adilnya
              kedamaian  dan  ketenangan  Pemerintah,  melindungi  pribumi  dari  berbagai
              kesulitan yang menimpa jasmani, harta, dan agama mereka.
                 Nomor  4:  orang-orang  pribumi  sangat  berterima  kasih  atas  kebijakan
              Pemerintah untuk memberi imbalan kepada mereka yang mengajarkan kebaikan
              kepada pribumi dan menjadi bermanfaat untuk negara tanpa menganjurkan
              mereka berbuat jahat kepadanya.
                 Maka, dengan mempertimbangkan empat perkara ini, orang-orang pribumi
              dengan sungguh-sungguh meminta dan menggantungkan harapan mereka pada
              keadilan Pemerintah dan restunya untuk memajukan urusan Sarekat Islam ....  26
              Sementara  itu,  Rinkes—menjabat  Penasihat  untuk  Urusan  Pribumi
          menyusul  naiknya  Hazeu  menjadi  Direktur  Pendidikan  pada  1912—jelas
          mengecilkan aspek keagamaan SI dalam laporannya pada 13 Mei 1913. Dia
          menyebutnya  sebagai  asosiasi  para  pahlawan  wayang  dengan  tokoh  kunci
          seperti Tjokroaminoto dan bahkan mendaftar Islam sebagai salah satu faktor
          yang  “tidak  menguntungkan”  untuk  dipertimbangkan,  walau  tetap  bisa
          diatasi.  Dia  menyatakan,  meski  Ahmad  Dahlan  yang  terkemuka  “sangat
          ortodoks, cenderung intoleran”, tapi masih memberikan “kesan simpatik”.
          Dalam pandangan Rinkes, pan-Islamisme Sarekat Islam lebih bersifat sosial
          ketimbang  politis,  disiapkan  untuk  berbagai  tuntutan  pendidikan  dengan
          jenis yang sama seperti di kalangan komunitas Arab Batavia dan orang-orang
          Melayu di “Semenanjung Malaka”. 27
              Argumen-argumen tersebut tampaknya meyakinkan Gubernur Jenderal
          yang sedang menjabat, A.W.F. Idenberg (menjabat 1909–16), yang menolak
          keberatan para administrator daerah.

              Dalam pandangan saya, Sarekat Islam adalah ungkapan dari apa yang bisa kita
              sebut kesadaran diri pribumi yang berkembang. Kerangka pemikiran ini tidak
              muncul secara tiba-tiba, tetapi perlahan. Pertama dalam kalangan yang kecil,
              kemudian ke kalangan yang lebih luas karena bekerjanya berbagai pengaruh
              berbeda,  terutama  menurut  nasihat  Dr.  Rinkes  adalah  pendidikan  yang
              diberikan  atau  dimungkinkan  oleh  Pemerintah  ....  Juga  tidak  mengejutkan
              bahwa dalam gerakan ini, yang ditujukan untuk kerja sama begitu banyak pihak,
              unsur keagamaan, Islam, memainkan sebuah peran .... Harus diakui bahwa kita
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254