Page 253 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 253

232  —  MASA LALU SUFI, MASA DEPAN MODERN


          negara  mengizinkan  sekolah-sekolah  muslim  di  kawasan  yang  waktu  dan
          uangnya sudah dihabiskan untuk lembaga-lembaga Kristen, Belanda justru
          akan melemahkan investasi mereka sendiri. Lagi pula, menghadapi pilihan
          antara  Islam  dan  agama  Kristen  yang  lebih  “kaku”,  orang-orang  pribumi
          selalu cenderung pada yang pertama. 40
              Berdasarkan apa yang terjadi di belakang layar kita juga bisa menyatakan
          bahwa Kantor Urusan Pribumi memberikan pengesahan resmi pada bentuk
          praktik Islam yang lebih kaku. Ini jelas terlihat dalam pengawasan terhadap
          pengadilan-pengadilan agama dan berbagai putusannya. Para pejabat pribumi
          menetapkan  bahwa,  misalnya,  perempuan  Indo-Eropa  harus  masuk  Islam
          jika mereka hendak menerima warisan dari suami muslim mereka. Contoh
          lain,  calon  tertentu  untuk  pengadilan  agama  harus  memiliki  pengetahuan
          yurisprudensi yang lebih teknis serta pengetahuan yang berdasar pada bahasa
          Arab  bukannya  Melayu.  Seperti  yang  ditulis  Hazeu  mengenai  seorang
          penghulu  yang  menjanjikan  pada  1908  (dan  bukannya  tanpa  beberapa
          kekeliruan transliterasi yang ganjil):

              Di  kalangan  Sjâf ‘i,  buku-buku  Fiqh  yang  paling  banyak  digunakan  bisa
              dikelompokkan menjadi tiga, yaitu karya-karya berupa ikhtisar dan komentar
              berdasarkan: 1) Moeharrar karya ar-Râf ‘î; 2) Moechtasar karya Aboe Sjoedjâ’;
              dan 3) Qoerrat al-‘ain karya Malaibârî. Di Jawa, yang paling banyak digunakan
              dari  ketiga  kelompok  qitâb  tersebut  adalah:  Fathoel-Qarîb,  Fathoel-Moe‘în,
              Minhâdj at-Tâlibîn, Fath al-Wahhâb, Toehfah karya Ibn-Hadjar, Nihâjah karya
              ar-Ramlî,  Hasjijah  karya  Ibrahîm  al-Bâdjoeri,  dan  beberapa  lainnya.  Secara
              umum diakui bahwa siapa pun yang hendak menjadi seorang cendekiawan harus
              mempelajari salah satu dari teks-teks [berbahasa Arab] itu secara penuh dan di
              bawah bimbingan seorang guru yang pandai. Dia tidak boleh berpuas dengan
              sekadar mempelajari beberapa buklet dasar seperti Safînatan-Nadjât dan Qitâb
              Sittîn,  dan  beberapa  terjemahan  bahasa  Melayu  dari  buku-buku  komentar,
              meskipun, dari sudut pandang yuridis, tak ada yang keliru dengan buku-buku
              tersebut.  Jika  pernyataannya  sendiri  bisa  dipercayai,  Mas  Hadji  Moehamad
              Idris  telah  mempelajari  beberapa  buku  f qh  sederhana  berbahasa  Arab  dan,
              sejauh yang bisa saya tentukan dari daftar judulnya, beberapa karya berbahasa
              Melayu, di antaranya ada beberapa yang merupakan karya ahli hukum Batavia
              ternama Sajjid Oethman. Teks-teks yang disebut belakangan patut dikagumi
              dan beberapa di antaranya disusun dengan maksud memberi bimbingan bagi
              para Panghoeloe dan anggota Priesterraad yang bodoh. Namun, tak satu pun
              dari hal ini mengubah fakta bahwa dia harus lebih memilih mengkaji salah satu
              karya-karya standar yang sudah disebutkan di atas. 41

              Hazeu,  yang  berwenang  secara  hukum  meski  merasa  tidak  nyaman
          sebagai seorang Arabis, menanggapi keluhan dari Manado pada tahun itu.
          Dia  menegaskan  bahwa  negara  harus  tampil  sebagai  penjamin  yang  tidak
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258