Page 258 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 258

PARA PENASIHAT UNTUK INDONESIË  —  237


               sebuah laporan mengenai perlunya Kantor Urusan Pribumi tetap mengetahui
               berbagai perkembangan Islam secara global. Dia mendesak bahwa demi tujuan
               ini perlulah kiranya mengangkat para pakar (seperti dirinya) dan membuat
               rujukan spesif k pada manipulasi Inggris terhadap persoalan khalifah. Hazeu
               menyampaikan  laporan  tersebut  kepada  Gubernur  Jenderal,  yang  bersedia
               memberi Schrieke sebuah jabatan di Batavia. 56
                    Islam memang mengemuka dalam banyak diskusi. Salah satu pernyataan
               yang  lebih  kabur,  kontribusi  seseorang  yang  mengaku  ahli  Jawa,  akan
               menentukan hasilnya. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Jawi Hiswara
               pada Januari 1918, Nabi digambarkan oleh Djojodikoro sebagai peminum
               alkohol dan pemadat. Kelompok putihan Jawa murka dan Tjokroaminoto
               memimpin sebuah rapat akbar di Surabaya bersama Hasan b. Sumayt dari al-
               Irsyad. Bersama Syekh Rubaya dari al-Irsyad, rapat akbar tersebut dilanjutkan
               dengan pendirian Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM) pada awal
               Februari. 57
                    Para penasihat Belanda jelas terganggu oleh huru-hara bernuansa Islam
               secara  terbuka  (dan  begitu  tak  terduga)  tersebut,  yang  menjalar  menjadi
               pertarungan  internal  antara  berbagai  faksi  dalam  komunitas  Arab  karena
               Jam’iyyat al-Khayr yang disokong ‘Alawi segera mengorganisasi rapat akbar dan
               pidato mereka sendiri. Meski demikian, para penasihat merasa bisa mengatasi
               keadaan dan tampil netral. Sebagai seorang penasihat mengenai afair Jawi
               Hiswara, Schrieke membela bahasa Djojodikoro sebagai sejenis permainan
               kata “Jawa-sejati” yang bisa ditemukan dalam buku-buku panduan “mistiko-
               magis”. Belakangan dia mencatat bahwa komentar yang sangat serupa sudah
               muncul di surat kabar berbahasa Jawa itu (dan di bawah editor yang sama)
                                                             58
               pada  1914,  tanpa  membangkitkan  reaksi  apa  pun.   Saat  itu  barangkali
               Schrieke  merasa  bisa  mengendalikan  kedua  pihak.  Dia  memberi  tahu
               Idenberg bahwa dia menerima tawaran dari seorang cendekiawan setempat
               untuk mengeluarkan fatwa “menyatakan bahwa orang tidak boleh melibatkan
               pemerintah (kaf r) dalam urusan ini”, tetapi dia tidak menerimanya “karena
               rasa  hormat  pada  lawannya”,  seorang  sayyid  yang  digambarkannya  sebagai
               “guru  paling  berpengaruh  di  sini  yang,  dengan  segala  ketulusan”,  telah
               menggantungkan harapannya kepada pemerintah. Snouck menuliskan dengan
               pensil di tepi salinan laporan Schrieke miliknya tentang siapa persisnya yang
               dimaksud sebagai cendekiawan yang bisa dikendalikan itu dan lawannya yang
               tulus: Ahmad Surkati dan ‘Ali b. ‘Abd al-Rahman al-Habsyi. 59
                    Surkati  belakangan  konon  memandang  rendah  orang-orang  Belanda
               (selain Snouck), dan dia mengampanyekan agar negara tetap berada di luar
               urusan-urusan Islam. Di sisi lain, dia tetap menghormati beberapa penerus
               Snouck. Dia mencari mereka dengan harapan mereka akan mengizinkannya
               menjadi pimpinan dalam soal-soal agama di bawah kekuasaan Belanda. Sehari
   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263