Page 256 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 256

PARA PENASIHAT UNTUK INDONESIË  —  235


               pada  1916  terdengar  desah  lega  ketika  dia  diutus  ke  Jeddah  selama  satu
               tahun. Dia kembali pada 1917 untuk mengawasi Biro Pustaka Rakyat, sebuah
               cabang dari Kantor Urusan Pribumi yang dibentuk pada tahun itu setelah
               kembalinya Hazeu. 50
                    Ketika kembali secara tak terduga ke Kantor Urusan Pribumi sebagai
               Komisioner  Tinggi-nya,  Hazeu  mendapati  dirinya  mengawasi  perubahan
               terakhir sang penjaga, setidaknya terkait dengan para sekutu pribumi. Sayyid
               ‘Utsman  dan  Aboe  Bakar  Djajadiningrat  sudah  meninggal,  dan  Hasan
               Mustafa telah memutuskan bahwa dirinya sudah tak bisa terus:
                    Tak diragukan lagi Yang Mulia Dr. C. Snouck Hurgronje dan Dr. G.A.J. Hazeu
                    mengetahui  apa  yang  telah  saya  lakukan  demi  mendukung  negara,  [terkait
                    dengan] persoalan-persoalan politik dan fanatisme sebagai bagian dari berbagai
                    peristiwa  besar  seperti  Perang  Atjeh,  dan  Pemberontakan  di  Banten  ...  dan,
                    selain itu, penyebaran agama oleh para guru tarekat. Demikian pula, saya telah
                    memberikan berbagai saran dan tulisan yang bermanfaat bagi negara sehingga
                    pada saat ini saya merasa sudah berbakti demi membelanya. 51
                    Sudah menjadi tugas Hazeu untuk membuat rekomendasi agar Hasan
               Mustafa  menerima  pensiun  dan  gelar  Penasihat  Kehormatan.  Waktunya
               kelihatan  tepat.  Bidang-bidang  keahlian  Hasan  Mustafa,  pemberontakan
               dan tarekat, terlihat seperti berita lama; Muhammadiyah dan Sarekat Islam
               melaju  pesat  menuju  arah  yang  menggairahkan;  dan  ada  cendekiawan-
               cendekiawan baru yang akan memberikan pengesahan pada negara. Hazeu
               sudah menyatakan pada 1909, misalnya, bahwa pada “masa-masa modern
               ini”,  tidaklah  sulit  menemukan  fatwa  yang  menawarkan  “perspektif  lebih
               luas”  mengenai  berbagai  hal.  Dia  memberikan  contoh  sebuah  fatwa  yang
               mengesahkan  pengalihan  hak  beberapa  tanah  wakaf  di  Jawa  Barat  untuk
               pembangunan rel kereta api. 52
                    Bukti lain mengenai para mufti yang mudah dikendalikan bisa dijumpai
               dalam arsip-arsip Jawi Hiswara (lihat di bawah) dari 1918. Bukti tersebut
               menunjuk  pada  meningkatnya  ketegangan  di  dalam  Sarekat  Islam,  yang
               harus  dikatakan,  telah  kehabisan  tenaga  karena  Komite  Sentral-nya  (CSI)
               hanya  punya  sedikit  cara  untuk  mengembangkan  cadangan  dana  tunai
               yang  dibutuhkan  untuk  menopang  rencananya  yang  lebih  besar.  Kritik
               terhadap para penasihat juga semakin meningkat, seperti ketika Gubernur
               Jenderal  menolak  permohonan  dari  CSI  untuk  mendapatkan  akses  dana
               yang dikumpulkan di masjid-masjid Jawa. Dana ini merupakan dana yang
               dikumpulkan dan dibagikan oleh negara sejak Snouck melaksanakan survei-
               surveinya pada 1889–91.
                    C.S.I.  meminta  informasi  dari  Pemerintah  Tinggi  mengenai  “status  dan
                    tujuan  mengenai  keuangan  masjid”  karena  pada  masa-masa  belakangan
   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261