Page 252 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 252

PARA PENASIHAT UNTUK INDONESIË  —  231


               berikutnya, Ahmad Khatib menerbitkan sebuah risalah berbahasa Arab berisi
               dukungan terhadap organisasi itu dan tanggapan atas kritik Suf  serupa dengan
               yang  dikeluhkan  Sayyid  ‘Utsman.  Ahmad  Khatib  mengidentif kasi  Sarekat
               Islam sebagai badan yang didirikan untuk menegakkan prinsip-prinsip Islam,
               membangkitkan perniagaan dan pertanian demi kesejahteraan para anggotanya,
               serta  mengembangkan  pembelajaran  yang  membantu  “kemajuan  dalam
               agama dan dunia serta kemajuan putra-putra Tanah Air”.  Ahmad Khatib
                                                                 36
               sama sekali tidak tertarik pada kolaborasi seluruh gereja Kristen di tanah air
               yang dikendalikan Belanda. Dia percaya Sarekat Islam akan berfungsi sebagai
               benteng penghalang perkawinan silang yang menyebar perlahan akibat kontak
                                        37
               dengan orang-orang Kristen.  Dia juga menerbitkan risalah lain yang isinya
               menyangkal serangan-serangan ilmiah terhadap otoritas Ilahiah, menyatukan
               berbagai  serangan  itu  dengan  agama  Kristen  dan  Yahudi  sebagai  sistem
               keyakinan  yang  cacat,  dengan  cara  yang  sama  Snouck—seorang  penganut
               teori evolusi yang diakuinya secara terbuka—diserang oleh pengikutnya yang
                                                  38
               kontroversial Hasan Mustafa pada 1903.  Barangkali Ahmad Khatib sekali
               lagi bersepakat dengan Sayyid ‘Utsman. Namun, kemungkinan besar Sayyid
               ‘Utsman  tidak  pernah  membaca  tulisan  Ahmad  Khatib.  Sayyid  ‘Utsman
               meninggal pada Januari 1914 atau sekitar empat belas bulan sebelum Ahmad
               Khatib wafat di Kota Suci pada Maret 1916.


               KEPRIHATINAN KRISTEN, PARA PENASIHAT YANG BAIK HATI,
               KECEMASAN INGGRIS
               Bukan hanya para pejabat Belanda dan syekh Naqsyabandiyyah yang gelisah
               oleh  pembentukan  Sarekat  Islam.  Kekhawatiran  juga  menghinggapi  para
               misionaris  yang  sudah  begitu  menyusahkan  Sayyid  ‘Utsman  dan  Ahmad
               Khatib,  termasuk  mereka  yang  terlibat  dalam  penerbitan  autobiograf 
               Kartawidjaja. Berbagai prosiding Masyarakat Misi Belanda pada 1914 hanya
               sedikit  menyebut-nyebut  pemeluk  baru  kebanggaan  mereka,  Kartawidjaja,
               atau autobiograf nya yang baru saja dicetak, dibandingkan yang mereka berikan
               untuk fenomena umum terkini di Hindia. Para utusan menyatakan bahwa
               Sarekat Islam adalah hasil dari rasa frustrasi kaum Muslim menghadapi dunia
               modern dan upaya orang-orang Jawa pada khususnya untuk mendapatkan
               tempat  di  dalamnya  dengan  mendirikan  sekolah,  surat  kabar,  dan  rumah
               sakit,  seperti  Kristenisasi  yang  dilakukan  Belanda.   Beberapa  misionaris
                                                            39
               bahkan menyatakan bahwa terdapat lapangan bermain yang tidak seimbang.
               Direktur Misi, M. Lindenborn (1876–1923) menyindir bahwa kemunculan
               Sarekat  Islam  terkait  dengan  keberpihakan  resmi  dari  pihak  pemerintah
               kolonial terhadap Islam. Tuduhan semacam ini sama sekali bukan hal baru.
               Pada 1909 seorang misionaris di Manado, Sulawesi, mengeluh bahwa jika
   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257