Page 28 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 28

MENGINGAT ISLAMISASI  —  7


               al-‘Arabi (1165–1240), yang menyatakan bahwa meski neraka itu kekal, akan
               ada akhir bagi penderitaan mereka yang disiksa di sana karena rahmat Tuhan
               melampaui murka-Nya. Sementara itu, naskah yang dibawa oleh Mawlana
               Abu  Bakr,  yang  konon  diajarkan  secara  langsung  kepada  Sultan  Mansur
               Shah (berkuasa 1456–77), menyebutkan al-Durr al-Manzum (Mutiara yang
               Teruntai), sebuah judul yang oleh cendekiawan G.W.J. Drewes (1899–1993)
               dihubungkan dengan Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (1058–1111). 10
                    Di sisi lain, tidak ada sebuah naskah ataupun kesepakatan. Versi lain
               Sulalat al-Salatin yang diterbitkan oleh penulis Singapura ternama, Munsyi
               Abdullah  (‘Abdallah  b.  ‘Abd  al-Qadir,  1796–1854),  menyatakan  Durr  al-
               Manzum sebagai karya “Mawlana Abu Ishaq” dari “negeri atas angin” dan
               menjelaskan  kandungannya  sebagai  sebuah  risalah  mengenai  Esensi  (dzat)
               Tuhan  dan  berbagai  Atribut-Nya  (sifat),  yang  ditambahi  satu  bagian  lain
               mengenai Tindakan-Tindakan-Nya (af ‘al). Pernah disampaikan bahwa hal
               ini menunjukkan sebuah karya tentang mistisisme, meski lebih mirip sebuah
               buku pengantar mengenai akidah (yang tentu saja merupakan landasan bagi
               karya-karya  mistis).   Apa  pun  rahasia  yang  terkandung  di  balik  Durr  al-
                                11
               Manzum, yang jelas Malaka, bersama bandar Pahang dan Patani di wilayah
               utara  semenanjung,  memainkan  peranan  dalam  perubahan  Kepulauan
               Maluku dan proses tersebut terkait dengan penarikan rempah-rempah untuk
               pasar global yang tengah berlangsung.


               DARI TIONGKOK KE JAWA?
               Raja-raja Kepulauan Maluku tidak hanya berhubungan dengan muslim Melayu
               pada abad kelima belas. Perdagangan dengan Tiongkok tetap menjadi kunci bagi
               kesuksesan yang terus berlanjut di Asia Tenggara, seperti halnya perpindahan
               ke  agama  terakhir  dari  agama-agama  dunia  ini.  Dengan  demikian,  bangsa
               Tiongkok  dan muslim  Jawa  juga  hadir  di panggung,  berlayar  dari  bandar-
               bandar yang baru saja mengalami perubahan seperti Tuban dan Gresik, yang
               berhasil masuk ke jalur pelayaran Arab. Kemunculan Patani sebagai sebuah
               kota muslim juga adalah jasa dari kontak Tiongkok-Jawa. Hal ini dikenang
               melalui  nama  pelabuhannya,  yang  juga  dikenal  sebagai  Gresik.  Naturalis
               Jerman Rumphius (1627–1702; lihat Bab 4) belakangan juga berkomentar
               bahwa orang Jawa di Ambon dikenal sebagai “orang-orang Tuban”. 12
                    Bandar-bandar seperti Gresik dan Tuban muncul di pesisir utara Jawa
               di bawah pengaruh orang-orang kuat yang sekarang dikenang sebagai para
               wali,  berasal  dari  kata  bahasa  Arab  yang  menyiratkan  kedekatan  kepada
               Tuhan. Tak diragukan lagi diskusi tentang sejarah Islam di Indonesia tak akan
               lengkap tanpa menyebut “Sembilan Wali” (Wali Sanga), yang dihubungkan
               dengan Islamisasi Jawa. Mereka meliputi Malik Ibrahim dan “Tuan” (Sunan)
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33