Page 62 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 62

MENERIMA SEBUAH AJARAN BARU  —  41


               yang bermukim di kota itu selama kekuasaan peralihan Inggris pada 1811–16.
               Mereka adalah Enci’ Baba Salihin dan Hazib Sa‘id dari Matraman, keduanya
               mantan murid Hajji Nur Ahmad Awaneh dari Tegal. 38
                    Bagaimana  persisnya  seorang  mukmin  berbaiat  kepada  seorang  guru
               Syattari seperti Bagus Anom? Kita bisa merujuk pada instruksi yang ditulis
               untuk seorang syekh dalam sebuah buku panduan yang dicetak di Singapura
               pada 1877:

                    Mintalah orang untuk bertobat dari dosa-dosanya dan peganglah tangan semua
                    yang hadir. Suruhlah sang murid menyentuhkan tangan ke tanah dan setelahnya
                    sang syekh meletakkan tangannya di atas tangan si murid. Kemudian, sang syekh
                    membaca [dalam bahasa Arab]: Aku berlindung dari setan yang terkutuk. Bahwa
                    orang-orang  yang  berjanji  setia  kepadamu  (Muhammad),  sesungguhnya  mereka
                    hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka
                    maka  barang  siapa  melanggar  janji,  sesungguhnya  dia  melanggar  atas  (janji)
                    sendiri; dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, Dia akan memberinya
                    pahala yang besar. [QS. 48:10] Kemudian, sang syekh berkata: Ya Allah, aku
                    rela  Allah  sebagai  tuhan,  Islam  sebagai  agama,  Muhammad  sebagai  nabi,  Al-
                    Quran sebagai tuntunan, Kakbah sebagai kiblat, Tuan Syekh sebagai syekh, guru
                    dan pembimbing kami, dan para fakir yang mengikuti[nya] sebagai saudara. Aku
                    punya hak dan kewajiban yang sama seperti mereka. Ketaatan menyatukan kami,
                    ketidaktaatan menceraikan kami. 39
                    Baiat  adalah  sebuah  pengukuhan  yang  membuat  syekh  dan  murid
               menyatu dalam sebuah kontinum hubungan yang terentang hingga pribadi
               Nabi Muhammad. Baiat memberikan akses terhadap pengetahuan mengenai
               yang  Ilahiah  kepada  murid  yang  membaiatkan  kesetiaan  total  kepada
               sang  syekh.  Secara  teoretis,  individu  yang  telah  mencapai  visi  mengenai
               Tuhan yang disahihkan oleh syekhnya dapat memimpin upacara dzikr atau
               bertindak sebagai wakilnya, yang diizinkan untuk memberikan petunjuk dan
               berwenang menerima murid-murid baru dengan sebuah lisensi (ijazah) yang
               menguraikan silsilahnya. Sebagaimana telah dijelaskan, otoritas dalam tarekat
               sangat bergantung pada silsilah. Kitab panduan abad kesembilan belas yang
               dikutip di atas, misalnya, memasukkan silsilah “Syaytari” [sic] yang diwariskan
               dari pengarang Melayu dan pengikut ‘Abd al-Samad, Da’ud b. ‘Abdallah dari
               Patani, yang berlanjut ke belakang melalui klan Tahir dari Aceh hingga al-
               Qusyasyi. 40
                    Walaupun  begitu,  bagi  kebanyakan  Suf ,  keikutsertaan  dalam  sebuah
               tarekat jarang berarti lebih dari mempelajari aturan-aturan tarekat tersebut,
               mengikuti dzikr bersama, dan membaca wirid. Yang sangat populer adalah
               perayaan-perayaan  yang  dikenal  sebagai  mawlid  dan  hawl,  memperingati
               ulang  tahun  (kelahiran,  kematian,  atau  keduanya)  Nabi  dan  seorang  wali
               tertentu. Tapi, apa makna bagi para individu melakukan baiat semacam itu
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67