Page 58 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 58

MENERIMA SEBUAH AJARAN BARU  —  37































                                 Gambar 3. Islam Nusantara, 1600–1900.



               PERMULAAN YANG MENDASAR, AKHIR YANG MISTIS
               Memahami Al-Quran adalah inti dari pendidikan Islam. Murid Jawi lazimnya
               akan memulainya dari juz terakhir, yaitu juz ketiga puluh.  Dibantu guru
                                                                  30
               serta teman-teman sebaya, sang murid belajar cara melafalkan teks tersebut
               menggunakan  berbagai  teknik  pengucapan.  Seluruh  rangkaian  studi  yang
               menekankan penghafalan dan pelafalan lisan juga merupakan keterampilan
               yang sangat penting dan sangat dihargai bagi transmisi kesusastraan Melayu
               secara umum. Orang buta dianggap sebagai praktisi yang paling terkenal dan
               mahir, sebagaimana dicatat oleh Zayn al-Din dari Sumbawa dalam buku ajar
               karyanya dari 1888:

                    Sebagian  ulama  menyatakan  bahwa  penglihatan  lebih  unggul  dibandingkan
                    pendengaran  karena  penglihatan  memungkinkan  seseorang  menangkap
                    semua bentuk, warna, dan gerakan, berbeda dengan pendengaran, yang hanya
                    menangkap  jejak-jejak  suara.  Namun,  pernyataan  ini  terbantahkan  oleh
                    kenyataan mengenai adanya banyak hal di dunia yang tidak tertangkap oleh
                    orang-orang yang sepenuhnya melihat. 31

                    Pada  usia  dua  belas,  murid  yang  berdedikasi  biasanya  sudah
               menyelesaikan  bacaan  seluruh  Al-Quran  dan  siap  melanjutkan  pelajaran
               dasar-dasar  keimanan.  Bukti  yang  tersedia  menunjukkan  bahwa  teks-teks
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63