Page 64 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 64

MENERIMA SEBUAH AJARAN BARU  —  43


               Melayu  klasik  dipenuhi  perumpamaan  Suf ,  dan  bahwa  catatan-catatan
               semisal Hikayat Muhammad Hanaf yya harus dibaca sebagai uraian alegoris
               mengenai mistisisme Wujudi. 44
                    Meskipun hikayat-hikayat lokal terbukti menyerap banyak ajaran Suf ,
               patut diragukan bahwa sebagian besar pendengarnya dapat memahami pesan-
               pesannya yang tersembunyi. Puisi mistis al-Fansuri dan kisah para pahlawan
               Islam pasti diminati, terutama kisah kehidupan Nabi Muhammad. Puisi-puisi
               pujian  seperti  Burdah  (Selendang)  karya  al-Busiri  (w.  sekitar  1296)  sangat
               populer, sama halnya dengan teks-teks mengenai kelahiran Nabi karya Ibn
               al-Dayba‘i  (1461–1537)  dan  Ja‘far  al-Barzanji  (1690–1764).  Banyak  yang
               meyakini  bahwa  Nabi  Muhammad  turut  hadir  bersama  para  pendengar
               manakala  teks-teks  itu  dibacakan.  Kebenaran  keyakinan  tersebut  masih
               menjadi perdebatan teologis. Yang jelas, perilaku sebagian besar yang hadir
               cukup mengganggu kaum puritan. Mereka mengeluhkan bahwa banyak Jawi
               hanya datang untuk merokok, menonton pertunjukan wayang yang diadakan
               bersamaan, atau sekadar berjalan-jalan. 45
                    Diduga  teks  yang  paling  populer  adalah  Isra’  wa-mi‘raj  al-nabi,  yang
               berkisah tentang Nabi Muhammad menaiki binatang ajaib terbang menembus
               tujuh langit dan bertemu Allah, yang mengizinkan dia berada sejauh “dua ujung
               busur” dari ‘arasy. Kisah ini adalah rujukan tak langsung bagi jarak mistis yang
               disebut oleh al-Burhanpuri, tetapi kebanyakan pendengar umumnya sekadar
               menikmati drama petualangan tersebut. Mi‘raj cenderung dibesar-besarkan
               dalam  karya-karya  utama  lainnya,  seperti  Yawaqit  karya  al-Sha‘rani  dan
               karya heterodoks berbahasa Jawa Kitab Usulbiyya, tempat Nabi Muhammad
               disebutkan  bertanya  kepada  Allah  apakah  dia  boleh  duduk  di  atas  ‘arasy.
               Kisah-kisah tambahan seperti itu pada akhirnya akan kurang disukai karena
               banyak pembaca lebih memilih untuk mencari kisah yang asli. Pada awal abad
               kedua puluh seorang mantan santri mengamati bahwa Mi‘raj sangat populer
               di kalangan teman-temannya karena di dalamnya dijelaskan secara ringkas
               kewajiban-kewajiban dasar Islam melalui dialog antara Nabi Muhammad dan
                         46
               Nabi Musa.  Namun, apa pun yang dilakukan para pendengar Jawi terhadap
               puisi-puisi Suf , Mi‘raj, atau sejarah dinasti mereka sendiri, jelaslah bahwa
               mereka  selalu  mengikuti  perkembangan  terkini  di  dunia  Islam  yang  lebih
               luas, tempat mereka merasa menjadi bagian yang tak terpisahkan.



               SIMPULAN
               Setelah mempertanyakan kekunoan pesantren dan penyebaran tarekat pada
               masa-masa awal, bab ini mencari tanda-tanda fenomena tersebut di tempat-
               tempat seperti Sulawesi, tempat ditemukan bukti mengenai Khalwatiyyah. Juga
               Jawa, yang pada akhirnya didominasi oleh para guru Syattari yang mengklaim
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69