Page 85 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 85

64  —  INSPIRASI, INGATAN, REFORMASI


                                                      74
          mencetak sebuah edisi Sulalat al-salatin pada 1841.  Orang-orang lain pun
          segera mengadopsi percetakan. Jika karya-karya yang secara eksplisit bercorak
          Islami  belum  bisa  diadopsi,  setidaknya  untuk  teks-teks  yang  diharapkan
          menarik minat khalayak Muslim. Raja ‘Ali Haji dari Riau (1809–73) mencetak
                                                                 75
          karyanya, Hikayat Sultan ‘Abd al-Muluk di Singapura pada 1845.
              Materi-materi  keagamaan  pertama  yang  diproduksi  secara  massal
          muncul dari Palembang, tempat bahan-bahan itu dicetak oleh Kemas Hajji
          Muhammad Azhari, yang telah menghabiskan banyak waktu di Mekah dan
          namanya  menyiratkan  sebentuk  hubungan  tertentu  dengan  Kairo.  Setelah
          memiliki percetakannya sendiri di Singapura pada 1848 dengan biaya f500,
          dia mendapatkan kembali uangnya dengan cepat ketika edisi Al-Quran-nya
          muncul pada 1854, yang harganya mencapai f25. Harga yang setara dengan
          biaya untuk membeli sebuah manuskrip yang disalin secara profesional. 76
              Usaha Palembang ini segera ditiru di Surabaya, tempat Husayn al-Habsyi
          (w.  1893)  memproduksi  sebuah  teks  mawlid,  Syaraf  al-anam  (Kemuliaan
                                                          77
          Umat Manusia), yang dijualnya seharga f15 pada 1853.  Di kota tetangga
          Riau, percetakan litograf s dimulai di Pulau Penyengat ketika Raja ‘Ali Haji
          menyusun penanggalan hari-hari baik serta panduan penggunaan bahasa.
                                                                         78
          Pada saat itu lingkungan Masjid Sultan ‘Ali di Singapura telah menjadi situs
          bagi sejumlah toko-percetakan di tangan orang-orang pesisir utara Jawa yang
          penawaran pertamanya terutama berasal dari tradisi Melayu-Muslim, yang
          dihasilkan oleh para juru tulis dari Kelantan dan Terengganu. Tulisan-tulisan
          al-Raniri dan para penerusnya terwakili dengan baik; Sabil al-muhtadin karya
          Arsyad al-Banjari dicetak pada 1859; dan Sirat muncul pada 1864.
              Karya-karya al-Falimbani muncul pada 1870-an, tetapi bukan mengenai
          Ghazalian. Di antara karya-karya pertama yang diproduksi di Singapura adalah
          Bidayat al-mubtadi wa-’umdat al-awladi (Permulaan Sang Pemula dan Sandaran
          Anak-Anak), bukannya Bidayat al-mubtadi bi-fadl allah al-muhdi (Permulaan
          Sang Pemula dengan Anugerah Allah Sang Pembimbing) yang lebih tua, yang kali
          pertama muncul pada 1861 berkat dukungan Muhammad Arsyad b. Qasim
                79
          al-Jawi.  Tanda terbit pada edisi cetak ulang di Istanbul menyatakan bahwa
          karya tersebut kali pertama diselesaikan di Mekah pada Juni 1838 oleh Yusuf
          al-Ghani al-Sumbawi.  Mengingat keberadaan salinan-salinan manuskrip yang
                            80
          lebih awal, kemungkinan besar dia sudah mengajarkan kompilasi ini untuk
                                                                    81
          beberapa waktu, dan dengan demikian menjadi sinonim dengannya.  Lebih
          jauh, tampaknya edisi 1861 telah dikoreksi di Mekah pada 1854 oleh Sayyid
          ‘Abd al-Rahman b. Saqqaf al-Saqqaf sebelum dikirimkan ke toko-percetakan
          di Singapura milik orang Palembang Anang b. Baqsin b. Hajji Kamal al-Din. 82
              Editornya  lebih  dari  mungkin  adalah  pemilik  kapal  Hadrami  dan
          saudagar  Jawa  terkemuka  ‘Abd  al-Rahman  al-Saqqaf,  yang  mendirikan
          Alsagof  dan Rekan pada 1848 bersama putranya Ahmad (w. 1906), yang
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90