Page 116 - Layla Majnun
P. 116
Setelah kematian ayahnya, Majnun semakin merasa bergantung
pada alam liar dan kehidupan dalam isolasi. Bagaikan singa pegununungan,
ia memanjat bebatuan terjal dan membelah ngarai serta lembah berba-
haya di mana tak satupun manusia pernah menapakkan kakinya. Dengan
gelisah ia bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, seolah sedang
mencari harta tersembunyi, matanya ke sana kemari dan jantungnya ber-
degup kencang bagaikan genderang.
Sesuatu yang dicari sesungguhnya adalah Layla, tentu saja. Ia men-
carinya ke mana-mana, berharap akan menemukannya di suatu tempat.
Ya, Layla memang harta yang dicarinya; ia adalah permata yang
kecantikannya tak ada bandingannya, yang telah membuatnya kehilang-
an akal dan memaksanya untuk berlindung di sebuah tempat yang sama
tak menyenangkannya dengan neraka. Ia telah dipaksa untuk meninggal-
kan keluarganya oleh hasratnya demi membina keluarga dengan sang
kekasih. Siang dan malam, api hasratnya membara di dalam dirinya: setiap
kali ia melihat tenda-tenda dan api unggun ia ditarik ke sana seolah ia
adalah seekor ngengat, seolah dengan cara yang tak dapat dipahami, tenda-
tenda serta api unggun itu merupakan perwujudan kekasihnya.
Kini Majnun terkenal di seluruh penjuru Arab – bagaimana tidak,
dengan sajak-sajak yang seindah miliknya? – sehingga saat ia bertemu
dengan sekelompok orang yang mengenalnya, ia tak lagi merasa terkejut.
Mereka semua berdiri memandangnya begitu ia melipat tangannya, mata-
nya terpejam seolah sedang berdoa, dan sebuah sajak yang memuji kecan-
tikan Layla keluar dari bibirnya. Tiba-tiba saja secarik kertas yang diterbang-
kan oleh angin terjatuh di kaki Majnun; di atasnya tertulis Layla dan Maj-
nun. Seseorang di suatu tempat telah menuliskan nama sepasang kekasih
itu seolah sedang merayakan perasaan cinta serta kesetiaan mereka.
Kerumunan yang mengelilingi Majnun bersorak sorai dengan
gembira melihat pertanda ini, namun tak lama kemudian ketakjuban me-
reka berubah menjadi ketidakpercayaan. Majnun merobek kertas itu
menjadi dua! Ia mengambil bagian yang bertuliskan Layla, meremasnya
menjadi bola dan membuangnya ke belakang dari balik bahunya; bagian
yang berisikan namanya disimpannya. Kerumunan yang memandangnya