Page 112 - Layla Majnun
P. 112

Majnun memperhatikan begitu Sayyid dan dua teman seperjalan-
            annya bergerak melintasi pasir. Ia tahu bahwa ayahnya telah berbicara
            dengan jujur bahwa mereka takkan pernah bertemu lagi – setidaknya bukan
            di dunia ini. Benar adanya, dua hari setelah tiba di kediamannya, pria tua
            itu meninggal dunia, jiwa serta rohnya akhirnya terbebas.
                   Setiap jiwa bagaikan kilatan cahaya, tercipta untuk bersinar se-
            saat sebelum akhirnya menghilang untuk selamanya. Dalam alam semesta
            ini, segala sesuatunya ditakdirkan untuk mati, tak ada yang tercipta untuk
            berlangsung selamanya. Namun jika kau ‘mati’ sebelum kau benar-benar
            mati, saat kau palingkan wajahmu dari dunia yang wajahnya bak dewa
            Janus, kau akan menerima penyelamatan tertinggi dari kehidupan abadi.
            Segalanya tergantung kepadamu: kau adalah takdirmu sendiri, dan apapun
            takdir itu atau akan seperti apa nantinya, ia berada dalam dirimu. Dan pada
            akhirnya, yang baik akan berkumpul dengan sesamanya, dan yang buruk
            juga akan berkumpul dengan kaumnya. Rahasiamu akan diumumkan dari
            puncak gunung dan ketika gema itu kembali, kau menyadari bahwa itu
            adalah suaramu sendiri…….
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117