Page 117 - Layla Majnun
P. 117
menjerit takjub, mereka merasa bukan begitu seharusnya sikap orang yang
sedang dilanda cinta. Sebuah suara berteriak, “Apa maksudmu melakukan
itu? Sikap macam apa itu? Untuk sekali saja, setidaknya tertulis di atas ker-
tas, namamu dan nama kekasihmu dipersatukan, dan kini kau memisahkan
dirimu darinya dan membuangnya. Jelaskan tindakanmu!”
Majnun tersenyum. “Tidakkah kau sadari,” katanya, “bahwa satu
nama itu lebih baik daripada dua? Karena satu nama saja sudah cukup bagi
kita berdua. Andai saja kau menyadari realitas cinta, kau akan melihat
bahwa saat kau menggores seorang pecinta, maka yang kau temukan ada-
lah kekasihnya. Tidakkah kau mengerti?”
Tampak jelas bahwa mereka semua tak mengerti maksudnya.
“Kau bilang satu nama cukup untuk kalian berdua,” kata mereka, “dan
mungkin hal itu benar. Tapi jika memang demikian, mengapa kau justru
membuang nama Layla dan bukan namamu sendiri?”
“Jawabannya sederhana saja,” sahut Majnun. “Kita dapat melihat
kerang namun tak dapat melihat mutiara yang tersimpan di dalamnya.
Tidakkah kau mengerti? Nama seseorang itu hanyalah sebuah kerang dan
tak lebih dari itu. Apa yang tersembunyi di balik kerang itulah yang terpen-
ting. Aku adalah kerang dan ia adalah mutiaraku; aku adalah kerudung dan
ia adalah wajah yang berada di balik kerudung itu.”