Page 125 - Layla Majnun
P. 125
Para anggota istana bergegas menuju kandang dan kembali de-
ngan salah seorang penjaga kandang anjing, memerintahkannya agar
melaporkan segalanya pada sang Raja.
Tentu saja sang penjaga merasa takut untuk menceritakan kepada
Raja apa yang telah dilihatnya pada hari itu; bagaimana mungkin ia me-
ngaku bahwa sang pria muda itu telah selamat dari kematian hanya de-
ngan menunjukkan kasih sayangnya kepada anjing-anjing dari neraka itu
dan dengan hadiah-hadiah yang selalu dibawakannya untuk anjing-anjing
itu?
Ia mendekati sang Raja, memberikan hormat kepadanya, dan
dengan suara gemetar berkata, “Yang Mulia! Pria ini tak mungkin seorang
manusia. Benar, saya nyatakan bahwa ia mungkin sebentuk jin atau malaikat
di mana Allah yang Mahakuasa telah memberikan keajaiban kepadanya.
“Mari, Yang Mulia, dan lihatlah sendiri! Ia duduk di tengah kandang
dan dikelilingi oleh anjing-anjing peliharaan Tuan. Dan apa yang mereka
lakukan? Bukannya merobek-robek tubuhnya, mereka justru mengusap-
usapnya dengan penuh kasih sayang dan menjilati wajahnya!
“Bukankah itu sebuah keajaiban? Bukankah itu sebuah pertanda
dari Allah? Anjing-anjing ini bukanlah makhluk buas biasa – mereka lebih
mirip iblis daripada anjing – namun dengan kehadiran pria muda itu, mereka
bagaikan anak-anak kucing yang senang bermain.”
Sang Raja melompat dari singgasananya dan bergegas keluar
dari ruangannya, melewati tanah lapang istana menuju kandang anjing.
Melihat keajaiban itu dengan mata kepalanya sendiri, sang Raja
mulai terisak. Dan ketika para penjaga mengeluarkan pria muda itu dari
kandang, sang Raja, yang masih terus terisak dengan keras, memeluknya
dan memohon maaf.
Beberapa hari kemudian, sang Raja memerintahkan agar si pria
muda itu dibawa ke ruangannya, agar mereka dapat berbicara secara
pribadi.
Sang Raja yang tidak memercayai keajaiban semacam itu me-
rasa penasaran terhadap apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam
kandang, dan mengapa si pria muda itu tidak diserang seperti orang-orang