Page 130 - Layla Majnun
P. 130

Dan di mana ada subjek, maka pasti ada sang penguasa. Jika ciptaan-Nya
            tak mau menjawabku, pikirnya, mungkin sang Pencipta bersedia men-
            jawabku.
                   Akhirnya Majnun berdoa kepada Yang Mahakuasa yang telah
            menciptakan bumi beserta isinya dan Ia yang tak pernah memiliki keperluan
            apapun. Ia berkata, “Ya Allah! Kepada siapa aku harus menghadap, jika
            bukan kepada-Mu? Venus dan Jupiter hanyalah ciptaan-Mu yang me-
            lakukan perintah-Mu, sementara Kau adalah sumber mata air bagi segala
            ciptaan-Mu. Pengetahuan-Mu mencakup segalanya dan luasnya karunia-
            Mu tak dapat diukur. Semua kekuasaan berada di tangan-Mu, dan tak ada
            rantai yang sebegitu kuatnya yang tak dapat Kau patahkan. Kau adalah
            Hakim Tertinggi, Perawat, serta Penjaga seluruh makhluk. Apapun yang
            dimiliki oleh orang-orang hebat di dunia ini, mereka memilikinya karena-
            Mu. Kau adalah satu-satunya yang datang untuk membantu mereka-me-
            reka yang membutuhkan bantuan. Kami semua adalah tawanan yang
            terikat oleh rantai dan takkan ada yang dapat membantu kami jika Kau
            tak berkehendak demikian.
                   “Ketujuh surga dan segala yang berada di dalamnya adalah milik-
            Mu. Seluruh makhluk – seberapa pun hebatnya atau seberapa pun kecil-
            nya – menunduk patuh kepada perintah-Mu.
                   “Ya, Allah! Kau menciptakanku dari tanah liat, bergaung, berwar-
            na hitam dan berat, lalu Kau hembuskan napas dari ruh-Mu kepadaku.
            Kehidupan berasal dari-Mu dan Kau memiliki kuasa untuk mempercepat
            datangnya kematian. Malam ini aku berdiri di hadapan-Mu sebagai makh-
            luk-Mu yang hidup dan bernapas, namun juga sebagai makhluk yang jiwa-
            nya telah mati. Hanya belas kasih-Mu-lah yang dapat menyelamatkan-
            ku; hanya pengampunan-Mu-lah yang dapat menyelamatkan aku dari ku-
            tukan abadi. Hanya rasa sayang-Mu-lah yang dapat mengubah kegelapan-
            ku menjadi sinar benderang, malam-malamku menjadi siang.”
                    Saat Majnun selesai mengucapkan doanya, ia merasa diliputi
            oleh ketenangan yang luar biasa. Ia tak lagi merasa perlu untuk memandang
            atau mengintai langit malam. Hatinya telah menemukan tempat peristira-
            hatan dan tatkala kantuk melandanya, ia tak memperhatikannya. Karena
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135