Page 134 - Layla Majnun
P. 134

Anda lihat sendiri bagaimana mereka menggeram kepada Anda. Dan
            saya pun merasa bahwa saya tidak dapat memercayai Anda. Seperti yang
            orang-orang bilang, mereka-mereka yang pernah digigit ular pasti akan
            takut walaupun hanya melihat bayangan seutas tali! Saya telah digigit
            ular semacam itu – bukan, bukan ular melainkan naga!”
                   “Beberapa waktu lalu, seorang pengendara lainnya mendatangi
            saya dan menusukkan kayu pancang ke jantung saya, serpihan kayu itu
            masih ada di sana dan mengakibatkan luka yang sangat dalam dan menya-
            kitkan. Jadi kini Anda mengerti bahwa saya mempunyai alasan untuk tidak
            memercayai Anda. Dan jika Anda datang untuk menyelesaikan apa yang
            telah dimulainya, maka lebih baik Anda diam dan kembali pulang.”
                   Mendengar kata-kata ini, sosok asing itu berlutut di kaki Majnun
            dan menjerit, “Di antara makhluk-makhluk lainnya, kaulah yang paling
            mulia, karena kau telah menjinakkan makhluk-makhluk terbuas dan menja-
            dikan mereka sebagai teman-temanmu! Para rusa menyerudukmu dengan
            penuh cinta; para harimau membelaimu dengan lembut dan perhatian;
            para singa bermain-main denganmu seolah mereka adalah kucing-kucing
            betina yang dibeli dari kedai di pasar.”
                   “Untuk apa kau dan hewan-hewanmu merasa takut kepada se-
            orang pria tua lemah sepertiku? Aku tak ingin mengganggumu; aku ber-
            ada di sini untuk menyampaikan pesan dari kekasihmu. Ini adalah sebuah
            pesan rahasia, sebuah surat yang tak pernah dibawa oleh siapapun sebelum-
            nya. Surat ini darinya untukmu, dan hanya untukmu. Jika kau masih meng-
            inginkanku untuk diam dan kembali pulang, maka itulah yang akan kula-
            kukan, tapi kupikir kau harus membiarkanku bicara terlebih dahulu.”
                   Majnun tak menduga akan mendengar kata-kata itu, dan tiba-
            tiba saja hatinya dipenuhi oleh harapan. Sambil memegang bahu pria tua
            itu, ia berkata, “Demi Allah, bicaralah! Cepatlah bicara dan bebaskan aku
            dari penderitaanku!”
                   Sang pria tua itu melanjutkan, “Aku tahu bahwa takdir telah ber-
            buat kejam terhadapmu, bintang-bintangmu telah bertingkah bagaikan
            sekelompok keledai bodoh yang keras kepala, tapi tak ada alasan mengapa
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139