Page 135 - Layla Majnun
P. 135
kau tak dapat menjinakkan mereka. Tapi pertama-tama, izinkan aku ber-
cerita kepadamu tentang apa yang telah terjadi kepadaku.”
“Beberapa hari lalu, secara tidak sengaja aku melintasi sebuah
perkemahan yang berada dekat dengan sebuah taman – hutan kecil yang
teduh dengan sungai kecil mengalir, bunga-bunga dan pepohonan palem
yang tinggi-tinggi. Aku berjalan-jalan selama beberapa saat hingga aku
melihat seseorang sedang duduk sendirian, tersembunyi di balik dedaunan.
Yang kukatakan memang ‘seseorang’, namun dalam kenyataannya, ku-
pikir aku telah mendapatkan kesempatan untuk melihat bintang yang
telah jatuh dari surga! Taman itu bagaikan taman Firdaus, dan ia adalah
seorang wanita muslim yang sangat cantik yang dijanjikan oleh Allah akan
disandingkan dengan pria-pria beriman.
“Ada sungai kecil yang melewati oase itu, bagaikan aliran air susu
dan madu yang mengaliri surga. Tapi ketika wanita muda yang cantik
itu mulai berbicara, kata-kata yang keluar dari bibirnya begitu manis dan
kefasihannya berbicara dapat membuat aliran sungai itu beriak dan ber-
percikan, seolah air sungai itu bergantung pada kata-katanya. Dan mata-
nya – bagaimana aku bisa mendeskripsikannya?! Bahkan seekor singa pun
akan tersihir bila sepasang mata indah milik rusa betina menatapnya!”
“Penampilannya sangat indah bagaikan buku yang hanya ber-
isikan karakter-karakter cantik tertulis di dalamnya. Rambutnya ikal bagai-
kan ekor pada huruf ‘Jim’; tubuhnya lentur dan ramping bagaikan huruf
‘Alif’; bibirnya lengkung bagaikan huruf ‘Mim’. Ya, bila ketiga kata itu di-
gabungkan akan menjadi ‘Jam’ (cangkir), dan memang seperti itulah diri-
nya, sebuah cangkir kristal berharga yang menggambarkan rahasia alam
semesta ini!”
“Matanya bagaikan bunga narssisi yang tumbuh di tepi sungai,
begitu kau melihatnya dalam-dalam, kau akan dapat melihatnya bermim-
pi! Tapi dengan kata-kata yang sedikit ini aku tak dapat membeberkan
kecantikannya, karena ia adalah cahaya kehidupan itu sendiri. Meskipun
begitu, kecantikannya ternoda oleh hatinya yang hancur. Kesedihan telah
melemahkannya; telah begitu lama airmata memenuhi matanya sehing-
ga ia tak lagi dapat melihat.”