Page 129 - Layla Majnun
P. 129
adalah hadiah berupa kata-kata indah yang terlontar dari bibir semerah
mirah delima; bibir-bibir milik kaummu, dan minumlah anggurmu yang
beraroma ambergris. Masukkan ke dalam lingkaranmu dan limpahkanlah
kebaikanmu kepadaku! Bukalah gerbang harapan: jangan biarkan aku
mati karena menunggu! Jiwaku sakit dan hanya kaulah yang tahu obatnya.
Biarkan angin malam membawa aroma wangi kekasihku kepadaku selagi
masih ada waktu!”
Setelah mengajukan permohonan kepada Venus, Majnun ber-
alih kepada Jupiter. Apakah ia juga bisa membantunya? Majnun berkata,
“O Jupiter, bintang kebahagiaan! Kau adalah jiwa yang setia, karena kau
selalu menepati janjimu. Kau mempertahankan kejujuran serta keadilan;
pada setiap alam kau meninggalkan tanda keberadaanmu, karena kau
adalah bintang bagi para penguasa serta hakim yang adil. Kaulah yang
menentukan siapa yang akan menang. Pena takdir berada di tanganmu!
Masa depan seluruh kosmos bergantung kepadamu! Percayalah kepa-
daku karena hatiku mendapatkan seluruh kekuatannya darimu. Jangan
pejamkan matamu saat aku membutuhkanmu!”
Majnun memohon kepada semua planet yang dilihatnya, satu
demi satu, lalu bintang demi bintang, namun ia tak mendapatkan jawaban.
Langit masih tetap diam dan jiwa Majnun beku di tengah dinginnya ke-
cantikan malam itu. Para penghias malam itu terus bergerak dan tak meng-
hiraukan rasa sakit hatinya yang menyedihkan. Apa peduli mereka? Untuk
apa mereka repot-repot membantunya?
Lalu Majnun menyadarinya, untuk pertama kali segalanya menjadi
jelas. Bintang-bintang tidak mempedulikannya karena sama saja dengan
butiran-butiran pasir yang berada di bawah kakinya, mereka buta, tuli
dan bisu! Gemerlap yang mereka tunjukkan semata-mata hanyalah sebuah
pertunjukan. Di bawah tampilan luar mereka yang begitu luar biasa, me-
reka hanyalah benda mati yang tak memiliki suara ataupun mata. Apalah
artinya penderitaan jiwa seorang manusia bagi mereka?
Dan Majnun mengangkat wajahnya sekali lagi ke angkasa, tapi
kali ini ia tak membuat permohonan. Mereka hanyalah subjek, pikirnya.