Page 15 - Layla Majnun
P. 15
dengan sebuah tongkat kayu dan memukul mereka untuk membuat per-
hatian mereka kembali kepada pelajaran. Saat pelajaran usai, mereka
berkeliaran di lorong-lorong dan jalanan kecil di antara kedai-kedai pasar,
berharap dapat melihat sang gadis berlesung pipit itu. Dan jika mereka
berhasil melihatnya, mereka merasa bak buah delima yang penuh dengan
sari buah dan seolah akan meledak dengan sejuta hasrat. Begitulah daya
tarik yang dipancarkan oleh gadis itu.
Qays tahu betul bahwa bocah-bocah lelaki lainnya pun tertarik
pada Layla, namun ia juga tahu bahwa mereka tak mendambakan Layla
sebesar dirinya, jadi ia tak memedulikan aksi-aksi jenaka teman-teman-
nya. Namun pada saat yang bersamaan ia juga merasa gelisah akan tak-
dirnya. Ia menyadari bahwa dengan kecantikan Layla yang luar biasa,
akan selalu datang godaan. Ia tahu bahwa akan ada seseorang - atau se-
suatu – yang muncul di antara mereka berdua. Tiba-tiba saja situasi berubah
dan apa yang semula dianggapnya sempurna kini mulai tampak memiliki
kecacatan. Secara perlahan, nyaris tak terasa, sebuah awan hitam kecil
mulai muncul di hadapannya.
Tapi bukankah memang permasalahannya selalu seperti itu?
Tak ada yang abadi: segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara dan
telah ditakdirkan untuk mati suatu hari nanti.
Sementara kedua bocah yang sedang jatuh cinta ini tenggelam
dalam sinaran cinta masing-masing, menenggak anggur dan menikmati
firdaus yang membuat mereka lupa diri. Mata dunia terarah kepada me-
reka. Apakah yang lainnya menyadari apa yang sebenarnya terjadi antara
Qays dan Layla? Apakah mereka melihat kedua bocah itu saling mencuri
pandang? Dapatkah mereka membaca pertanda itu dan memecahkan
tanda-tanda cinta rahasia yang mengikat hati kedua bocah itu? Siapa
saja yang mengetahui hal itu dan seberapa banyakkah yang mereka ke-
tahui? Tak ada yang berkata apapun, hingga suatu hari, terdengar sebuah
suara berucap, “Apakah kau belum mendengar bahwa Qays dan Layla se-
dang jatuh cinta?”