Page 18 - Layla Majnun
P. 18
3
Mantra sang Takdir
Bait demi bait sajak mengalir dari bibirnya; ketika sajak itu terhenti,
pesan-pesan mulai disampaikan. Ia memanggil angin timur untuk
menyampaikan pesan kepada Layla,
P
erpisahan Qays dengan Layla juga menjauhkannya dari semua yang
dicintainya –dari sanak saudara serta teman-temannya, orangtua
serta rumahnya. Jika Layla menangis secara sembunyi-sembunyi, Qays me-
nangis secara terbuka, menunjukkan kepedihannya kepada seluruh dunia.
Ia berjalan tanpa tujuan di kedai-kedai milik pedagang di pasar,
tanpa berbicara kepada siapapun. Ia digerakkan hanya oleh rasa sakit
hatinya, yang membuatnya lupa akan orang-orang di sekitarnya yang
memandangnya serta menunjuk-nunjukkan jari ke arahnya. Dan saat
berjalan tanpa tujuan dari kedai ke kedai, tenda ke tenda, ia menyanyi-
kan lagu-lagu cinta sambil meneteskan airmata. Orang-orang yang berpa-
pasan dengannya berteriak-teriak, “Ini dia si ‘majnun’, si orang gila. Hey,
Majnun!”
Kulit luarnya telah terbuka lebar dan menunjukkan jiwanya yang
sakit. Ia membiarkan perasaan serta emosi terdalamnya terbuka. Tidak
hanya ia kehilangan Layla, namun juga ia telah kehilangan dirinya. Kesedi-
han hatinya terpancar di wajahnya, bersinar bagaikan api dan siapapun