Page 22 - Layla Majnun
P. 22

dengan kekasihnya. Bak seorang pemabuk, benaknya kebingungan dan
            linglung, ia terseok-seok menuju tenda Layla, bait-bait sajak mengalir ke-
            luar dari bibirnya.
                   Dan tiba-tiba saja ia telah berada di sana, di pintu masuk tenda
            kekasihnya. Ia harus mengusap-usap matanya untuk memastikan bahwa
            ia tidak sedang bermimpi. Di hadapannya berdiri tenda Layla, dan betapa
            terkejutnya ia ketika menyadari bahwa tirai tenda itu dalam keadaan ter-
            buka. Dan tampak jelas sesosok gadis sedang duduk di pintu masuk, gadis
            itu adalah Layla.
                   Majnun mengeluarkan erangan yang dalam, seolah hendak ping-
            san. Kemudian Layla melihatnya. Selama sedetik yang seolah terasa ber-
            abad-abad mata mereka saling bertatapan, dan dari tatapan masing-
            masing, mereka dapat membaca berbagai perasaan; takut, rindu, sakit, ser-
            ta cinta. Air mata membasahi mata mereka tatkala saling berkomuni-
            kasi dalam keheningan dan saling menghembuskan napas di udara yang
            bergerak sebagai penyampai pesan mereka.
                   Layla merupakan sinaran matahari; Majnun adalah sebuah lilin
            yang perlahan membakar habis dirinya dengan api hasrat di hadapan gadis
            itu. Keindahan Layla bak taman bunga mawar; Majnun bagaikan menara
            api yang menyala dengan kerinduan. Layla menebarkan benih-benih cinta;
            Majnun menyiraminya dengan airmatanya. Layla adalah kecantikan yang
            seolah berasal dari dunia lain; Majnun adalah lentera yang menyala te-
            rang dan membawanya pergi dari dunianya menuju dunia yang penuh
            laki-laki. Layla bak bunga melati yang bermekaran di musim semi; semen-
            tara Majnun adalah dataran musim gugur, di mana tak ada bunga melati
            yang tumbuh. Layla dapat menyihir dunia hanya dengan satu tatapan ma-
            tanya; Majnun adalah budaknya yang menari berputar-putar di hadapan-
            nya. Layla memegang cangkir yang berisi anggur cinta; Majnun berdiri
            mabuk karena harum baunya.
                   Hanya pertemuan sesingkat itu saja yang dapat mereka lakukan,
            dan setelah itu semuanya usai. Satu detik lagi saja, dan perasaan indah
            itu akan berakhir buruk bagi mereka berdua. Karena takut akan ditangkap
            oleh para penjaga atau pengintai, Majnun segera berlari pergi.
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27