Page 16 - Layla Majnun
P. 16

Kata orang, desas-desus dapat mengakibatkan kejatuhan sebuah
            kerajaan. Tak lama kemudian, desas-desus itu semakin tersebar di seluruh
            pelosok kota, dari tenda ke tenda, dan kedai ke kedai.
                   Perlahan, kedua bocah yang sedang dilanda cinta itu menyadari
            betapa butanya mereka selama ini. Semua orang telah melihat mereka
            berduaan, mendengar mereka berdua saling berbicara, melihat mereka
            tertawa dan bersembunyi dalam kepompong cinta, mereka berdua tak
            menyadari hal tersebut. Selubung itu telah terbuka, dinding itu telah run-
            tuh, dan kini telah tiba saatnya untuk beraksi. Demi menyelamatkan diri
            dan juga cinta mereka, kedua bocah itu berusaha untuk meredakan tatap-
            an mata mereka yang tajam ke arah satu sama lain dan menutupi bibir-
            bibir mereka yang haus akan ungkapan cinta.
                   Namun hasrat dan kewaspadaan kadangkala saling bercampur
            aduk, dan mereka tak sanggup menutupinya di hadapan publik. Kewaspada-
            an bukanlah sebuah rantai bagi hati yang telah terikat oleh kecantikan
            kekasihnya. Apa yang harus dilakukan oleh Qays? Jiwanya adalah cermin
            bagi sinar yang dipancarkan oleh Layla: bagaimana caranya ia dapat me-
            nyimpan sinar itu untuk dirinya sendiri? Layla menyinarinya bagai mata-
            hari yang bersinar terik di siang hari: bagaimana mungkin sinar yang
            seterang itu dapat disembunyikan? Bagaimana mungkin ia bisa memaling-
            kan diri dari sesuatu yang paling berarti dalam hidupnya, bahkan dalam
            waktu sedetik saja? Hati Qays bertentangan dengan logika, dan seberapa
            pun beratnya ia berusaha menyembunyikan cintanya untuk Layla, ia te-
            tap mengalami kegagalan. Bersama Layla, ia merasa serbuan panah
            cacian yang diluncurkan oleh seribu busur; namun tanpa Layla, kesedihan
            menusuk-nusuk jantungnya bagai pisau tajam.
                   Qays tak menemukan jalan keluar dari kesulitan ini dan ia
            semakin larut dalam kebingungan. Selain telah kehilangan hatinya,
            kini ia juga kehilangan akal sehatnya. Yang dapat dilakukannya hanyalah
            berjalan berputar-putar dalam keadaan tak sadar, mengungkapkan
            kekagumannya atas kecantikan serta kebaikan Layla kepada siapa saja
            yang ia temui. Semakin banyak orang yang berjumpa dan mendengar
            ucapannya, semakin menggila dan aneh pula kelakuannya. Dan ke mana
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21