Page 76 - Layla Majnun
P. 76
Apalagi yang dapat dilakukan Nowfal? Keputusan ayah Layla
sudah tak dapat ditawar-tawar lagi bahkan dalam keadaan kalah; ia bah-
kan menikmati dukungan dari anak buah Nowfal. Ia tak menyalahkan
mereka karena kini pikirannya pun penuh dengan keraguan akan Majnun.
Ia akhirnya mengambil keputusan untuk menarik kembali sya-
rat-syarat kemenangan yang telah diajukannya, lalu ia memberikan tanda
kepada pasukannya untuk membubarkan perkemahan dan kembali pulang.
Seolah Majnun telah menghilang dari muka bumi. Seolah namanya
telah dihapus dari buku kehidupan.
Majnun tak dapat menahan kemarahannya untuk waktu yang
lama, dan mereka belum berjalan terlalu jauh ketika menoleh ke arah Now-
fal dan mulai berteriak, “Apakah kau menyebut dirimu teman? Kau mem-
buat harapanku tumbuh kuat bagaikan pohon, dan kini kau sendiri yang
menebang pohon itu dengan kapakmu. Kemenangan telah menjadi milik-
mu. Oleh karena itu kau boleh menerima barang-barang rampasan perang.
Layla juga berhak kau miliki, yang juga menjadi milikku: mengapa kau
biarkan ia pergi? Mengapa kau berjanji untuk membantuku lalu kau meng-
khianatiku?
“Aku bagaikan seseorang yang sekarat karena dahaga: kau yang
membawaku menuju tepian sungai Euphrates, namun sebelum aku sempat
meneguk airnya, kau menarikku dan mengembalikanku ke tengah gurun
pasir tanpa air! Kau menuntunku ke meja makan, tapi kau tak memperbo-
lehkanku menikmati makanan! Jika kau tak pernah berniat untuk membiar-
kanku memiliki hartaku, mengapa kau tunjukkan padaku sedari awal?”
Majnun menyentakkan kakinya ke arah kudanya dan tanpa meng-
ucapkan selamat tinggal, ia berlalu meninggalkan gurun menuju alam
liar. Tak lama kemudian, sosoknya sudah tak tampak lagi, meninggalkan
Nowfal dan para anak buahnya yang menggaruk-garukkan kepala mereka
dengan takjub.