Page 78 - Layla Majnun
P. 78
15
Cinta Sejati Majnun
Dan saat berjuang untuk bisa tidur, ia membaca buku
kehidupannya, yang halaman demi halamannya lebih gelap dari
malam.
etelah meninggalkan Nowfal, Majnun merasa bak seorang bocah
keci
S l yang tak memiliki ibu. Ia menunggangi kudanya menuju peda-
laman gurun, hanya bertemankan angin. Dengan suara yang rusak karena
kesedihan, ia bernyanyi untuk dirinya sendiri tentang ketidaksetiaan Nowfal,
menceritakan takdirnya kepada api unggun perkemahan dan karavan-
karavan yang telah ditinggalkan, begitu ia melewatinya.
Tiba-tiba saja ia melihat sesuatu yang bergerak di kejauhan; be-
gitu ia dekati, ternyata ia melihat dua ekor rusa yang terjebak dalam pe-
rangkap. Dan ada seorang pemburu yang berdiri di atas mereka, bersiap-
siap untuk membunuh rusa itu dengan belatinya. Majnun merasakan
kemarahannya memuncak.
“Lepaskan makhluk-makhluk itu!” jeritnya. “Aku hanyalah orang
asing di wilayah ini, jadi aku adalah tamumu; bukanlah tindakan yang sopan
bagi sang tuan rumah untuk menolak permintaan tamunya! Nah, lepaskan
simpul itu dari leher mereka dan bebaskan mereka! Bukankah masih ada