Page 71 - Layla Majnun
P. 71
“Kau telah mengubah keinginan baikku menjadi kekejian, dan
semua kau lakukan atas nama persahabatan! Kau bukanlah temanku; mulai
saat ini kuputuskan tali persahabatan kita. Bagaimana mungkin kita bisa
berteman? Aku merasa seperti seorang raja dalam permainan catur yang
telah diskak-mat oleh ksatriaku sendiri! Aku merasa bak anjing gembala
yang terkena panah sang gembala yang sebenarnya ditujukan kepada sang
serigala!
“Memang benar, berkaitan dengan kedermawanan, kau sangat
hebat, namun tentang hal menepati janji, kau sangatlah kecil!”
Tak ada sepatah kata pun yang diucapkan oleh Nowfal untuk
membela dirinya dari ucapan Majnun. Secara perlahan ia berusaha untuk
membantah ucapan temannya.
“Kau harus mengerti bahwa kita kalah jumlah: musuh kita terlalu
kuat. Karena itulah aku tak bisa meraih tujuanmu dan memenangkan Layla
untukmu. Tapi semuanya belum berakhir, percayalah. Memang benar kita
telah membuat perdamaian lalu berpisah. Namun itu semua hanyalah
strategi yang dibuat oleh sang takdir.
“Percayalah teman, aku pasti akan kembali! Aku harus mendapat-
kan dukungan dari suku-suku lain yang berada di sekitar sukuku; aku akan
mengumpulkan pasukan yang belum pernah dilihat oleh suku Layla sebe-
lumnya! Aku takkan beristirahat hingga aku mencapai tujuanku. Aku tak-
kan beristirahat hingga harta yang sangat kau dambakan itu berada di
tanganmu.”
Dan kini Nowfal melakukan tindakan yang sesuai dengan ucapan-
nya. Ia mengirimkan utusan ke semua suku di area itu, dari Medina, Bagh-
dad hingga jauh. Dengan kekayaan yang tak pernah terungkap, ia mengum-
pulkan sebuah pasukan yang bertambah besar bagaikan lautan besi. Lalu,
untuk kedua kalinya, ia pergi berperang demi memenangkan hati Layla
untuk temannya.
Tidak ada seorang manusia waras pun yang akan bertindak
demikian. Lihat saja dirinya, lihat bagaimana ia seringkali tertawa-
tawa dan menangis tanpa alasan! Bahkan jika ia berhasil meraih
Layla, Takdir takkan bersedia menyatukan mereka.