Page 69 - Layla Majnun
P. 69

Nowfal merasa yakin bahwa ia akan dapat memenangkan pertempuran
              itu keesokan harinya. Ketika matahari mulai terbit, saat Nowfal mulai me-
              ngumpulkan pasukannya dan membawa mereka menuju medan pertem-
              puran, salah seorang pengintainya datang ke perkemahan dengan berita
              bahwa pihak musuh telah diperkuat oleh pasukan dari suku-suku lainnya.
                   Nowfal memang keras kepala, tapi ia bukanlah pria bodoh. Setelah
              berkonsultasi dengan pasukannya, ia mengambil keputusan. Mereka akan
              mengambil satu-satunya jalan keluar yang tersisa untuk mereka. Ia lalu
              mengutus sang bentara untuk menyampaikan pesan ke perkemahan musuh.
                     “Cukup! Cukup sudah pertumpahan darah yang tak masuk akal
              ini,” kata pesan itu. “Sudah saatnya kita saling berdamai. Apa yang kuingin-
              kan darimu, dan masih tetap kuinginkan, adalah Layla. Hanya dialah yang
              dapat mematahkan mantera ini dan melepaskan rantai khayalan dari
              jiwa Majnun. Sebagai balasannya, aku bersedia membayar banyak harta
              yang akan diangkut oleh sejumlah unta. Pikirkanlah tawaranku. Meskipun
              kau menolaknya, kami bersedia menyerah dan berdamai. Hanya itulah satu-
              satunya cara.”
                     Tak ada yang berharap bahwa suku Layla akan menerima permo-
              honan Nowfal, dan ketika sang bentara kembali dengan surat penolakan
              dari suku Layla, tak ada seorang pun dari mereka yang terkejut. Meskipun
              begitu, salam perdamaian mereka diterima. Tak perlu terjadi pertumpahan
              darah lagi. Layla dalam keadaan selamat bersama dengan kaumnya, dan
              Nowfal beserta anak buahnya kembali ke tempat asal mereka.
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74