Page 65 - Layla Majnun
P. 65
Jantung kekasihku berdetak untuk pihak musuh, dan di mana pun
jantungnya berada, maka di sanalah tempatku. Aku ingin mati demi
dirinya…
Kata-kata Majnun bagaikan panah berapi dan hati Nowfal bagai-
kan lilin. Nowfal menyadari bahwa ia harus segera beraksi. Segera saja ia
mengganti jubahnya dengan pakaian perang, dan tak lupa membawa
pedangnya, ia mulai berangkat tanpa penundaan lagi. Dalam waktu satu
jam, seratus orang berkuda –yang seluruhnya telah dibekali oleh keahlian
bertarung– dikumpulkan di bawah bendera Nowfal.
Nowfal menunggang kudanya di depan, rambutnya tergerai dan
dikibaskan oleh angin bagaikan surai singa, dan Majnun berada di sisinya.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di daerah pinggiran perkemahan suku
Layla. Nowfal memerintahkan anak buahnya untuk turun dari kuda mereka
dan menyiapkan perkemahan. Lalu ia mengirimkan bentara kepada kepala
suku Layla dengan pesan sebagai berikut:
“Aku, Nowfal, dengan ini menyatakan keinginanku untuk berpe-
rang denganmu. Pasukanku telah berkumpul dan kami telah siap untuk
melawanmu hingga tetes terakhir, sampai kemenangan berhasil kami
raih. Hanya ada satu jalan keluar bagimu, yaitu kau harus membawa Layla
kepadaku; dan jika kau menolak untuk menurutinya, maka pedangkulah
yang akan memutuskannya untuk kita. Kutetapkan bahwa aku akan menye-
rahkan Layla kepada seorang pria yang sangat mencintainya, satu-satunya
pria yang pantas untuknya. Itulah permintaanku.”
Tak lama kemudian, sang bentara itu kembali dengan membawa
balasan sebagai berikut:
“Kami sudah menerima pesan kalian sebagaimana seharusnya.
Tanggapan kami tentang permasalahannya adalah sebagai berikut: Layla
bukanlah mainan yang harus dimiliki secara paksa oleh siapapun yang me-
nginginkannya. Seberapa pun indahnya sang rembulan, tetap saja ia tak
dapat dimiliki oleh siapapun yang jatuh cinta kepadanya. Apakah kau akan
mencuri apa yang bukan menjadi hakmu? Apakah kau akan berperang
demi sesuatu yang tak sepatutnya kau miliki? Apakah kau berani meminta