Page 62 - Layla Majnun
P. 62

bawakan soneta serta odenya kepada mereka, dan tak lagi kepada awan
            dan angin. Kedua pipinya mulai kembali berwarna; tubuhnya yang dulu
            bungkuk kini tampak tinggi dan gagah seperti anak pohon yang kuat.
            Kelopak bunga yang dulu hancur oleh badai, kini mulai merekah kembali.
                    Sejak ia kembali ke dunia nyata, pandangan Majnun tentang
             dunia dan alam pun berubah. Ia tak lagi mengabaikan halaman demi hala-
            man Buku Ciptaan Allah yang dibuka oleh-Nya setiap hari di hadapannya.
            Keindahan pagi hari memberikan keceriaan baginya, seolah ia baru melihat
            keajaiban matahari terbit untuk pertama kalinya. Senyumnya yang me-
            rekah sesuai dengan tawa jenaka sang matahari di siang hari, dan suaranya
            berpadu dengan burung-burung saat ia bernyanyi. Semua orang terke-
            jut dan juga senang melihat Majnun telah kembali ke dunia nyata lagi.
                    Jika Majnun merasa bahagia, Nowfal bahkan merasa lebih baha-
            gia karena ialah yang membuat keajaiban itu. Ia bagaikan mendung di
            musim semi yang meneteskan percikan air di bumi yang kering. Setiap
            hari, ia membawakan hadiah untuk temannya yang sedang berusaha untuk
            menyembuhkan diri; tak ada hadiah yang terlalu mahal atau berlebihan
            baginya. Ia menjaga agar Majnun terus berada disisinya setiap waktu,
            menolak untuk berpisah darinya bahkan hanya untuk satu jam saja. Nowfal
            ataupun Majnun tak pernah mengenal hubungan persahabatan yang
            begitu dekat. Namun saat hari berganti minggu, lalu minggu menjadi bulan,
            awan hitam mulai berkumpul di langit.
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67