Page 141 - Perspektif Agraria Kritis
P. 141
Perspektif Agraria Kritis
Perubahan penggunaan tanah juga perlu dicermati
untuk memahami konteks krisis pedesaan yang berlangsung
dewasa ini. Menurut data potensi desa (PODES) dari Badan
Pusat Statistik (BPS), selama 2003-2011 terjadi perubahan
penggunaan lahan yang cukup dramatis di pedesaan yang
ditandai dengan penurunan tajam persentase desa-desa
dengan tipe persawahan: 70% pada tahun 2003, 54% (tahun
2005), 47% (2008) dan 40% (2011) (Soetarto & Agusta 2012).
Penurunan ini disertai dengan peningkatan desa-desa tipe
perkebunan secara signifikan. Kecenderungan semacam ini,
selain menunjukkan kecenderungan degradasi fungsi desa
sebagai sumber produksi pangan, pada saat yang sama juga
membawa dampak perubahan yang cukup mendasar pada
struktur ketenagakerjaan maupun agraria.
Dari sisi ketenagakerjaan, sektor perkebunan memiliki
watak penyingkiran (eksklusi) karena minimnya tenaga kerja
yang mampu diserap oleh sektor ini, apalagi jika ia diusahakan
dalam skala industrial. Kenyataan ini bahkan tidak dapat
dielakkan oleh publikasi Bank Dunia (Deininger et al 2011)
yang justru ingin mempromosikan investasi tanah dalam skala
besar untuk usaha pertanian dan kehutanan. Publikasi ini
ternyata mencantumkan data empiris yang bersifat counter-
argument terhadap berbagai manfaat positif yang diklaim
bakal dihasilkan dari investasi semacam itu.
Sebagai misal, publikasi Bank Dunia ini menyajikan
rasio beberapa faktor kunci dalam investasi skala besar pada
berbagai macam komoditas pertanian, termasuk tenaga kerja
dan investasi yang dibutuhkan pada masing-masing komoditas.
Namun, data lapangan kerja per 1.000 hektare yang dikutip
publikasi ini justru meruntuhkan argumen bahwa investasi
skala besar di bidang pertanian akan menciptakan kesempatan
kerja yang cukup besar di pedesaan. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 5.1 di bawah ini.
76