Page 41 - E-modul Mikrobiologi Pangan
P. 41

enteroinvasif E.coli (EIEC), enterohemoragik E.coli (EHEC), diffusely adherent E.coli

            (DAEC),  dan  enteroagregatif  E.coli  (EAEC).  Mekanisme  infeksi  dan  gejala  yang
            dihasilkan  berbeda  (Gambar  4.5).  Empat  kelompok  pertama  tersebut  dikenal

            ditransmisikan  melalui  makanan  dan  air.  Bakteri-bakteri  tersebut  dapat

            ditransmisikan  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  melalui  manusia
            pembawa.  EHEC  terlibat  dalam  wabah  penyakit  bawaan  makanan  di  seluruh

            dunia (Erkmen dan Bozoglu, 2016).

                    Enteropatogenik E.coli merupakan strain penting yang menyebabkan diare

            pada  bayi  di  seluruh  dunia,  khususnya  pada  daerah  dengan  sanitasi  rendah.

            Patogenesis dihasilkan karena kemampuan kontak fisik bakteri dengan sel epitel
            usus  halus  yang  menyebabkan  lesi.  Konsumsi  jumlah  tinggi  (10        6-9  sel)  diperlukan

            untuk menimbulkan gejala sakit yang mendominasi gastroenteritis.

                    Enterotoksigenik  E.coli  dapat  menghasilkan  faktor  invasif  dan  toksin  labil

            panas  (HL),  stabil  panas  (HS),  atau  keduanya  untuk  menghasilkan  penyakit,
            menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan kehilangan cairan (diare berair)

            Gejalanya yaitu gastroenteritis seperti kolera.

                    Enteroinvasif  E.coli  merupakan  strain  yang  menyebabkan  penyakit  mirip

            disentri oleh shigellosis. Menghasilkan faktor invasif berupa racun polipeptida yang
            menyebabkan patogen mampu menginvasi sel epitel dan menyebabkan infeksi

            pada kolon. Konsumsi jumlah sel 10  dapat menyebabkan sakit. Gejalanya kram
                                                       6
            perut, diare, sakit kepala, kedinginan, dan demam.

                    Enterohemoragik  E.coli  (O157:H7)  dapat  menyebabkan  diare  berdarah

            pada  manusia.  Hewan  terutama  sapi  perah  dapat  menjadi  pembawa.  Bakteri
            dapat  mati  pada  suhu  pasteurisasi  64,3  °C  selama  9,6  detik,  tetapi  sel  dapat

            bertahan  hidup  pada  pangan  dengan  suhu  -20  °C.  Bakteri  ini  menghasilkan

            verotoksin  (VTI)  atau  Shiga  toksin  (ST).  Patogenesitas  bakteri  ini  yaitu  sel  bakteri
            dapat  menempel  pada  sel  epitel,  membentuk  koloni  dalam  usus  halus,

            menghasilkan  toksin  yang  beraksi  dalam  kolon.  Toksin  juga  diabsorbsi  ke  dalam

            aliran darah dan merusak saluran darah dalam usus halus, ginjal dan otak.









             Y O U R   L O G O                                                                      |  Page 37
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46