Page 103 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 103
98 | Ilham Nur Utomo
Sifat Sekolah Tinggi Islam pada pembu- zaman. Paradigma yang lahir di masa lam-
kaan STI setelah dipindahkan dari Jakarta pau terus dihadapkan pada perkembangan
ke Yogyakarta pada tahun 1946 (Supardi zaman yang semakin modern. Di dalam
dkk, 1995: 33). posisi seperti ini, agama sebagai paradig-
Mohammad Hatta memberikan kritik ma perlu dikolaborasikan dengan ilmu
dan juga mengemukakan gagasan pendi- yang bersifat kekinian. Pribadi Hatta yang
dikan Islam yang ideal bagi masyarakat agamis sekaligus modern tidak mengher-
muslim di Indonesia. Ia melihat pendidikan ankan jika kemudian mengemukakan ga-
tradisional Islam yang ia sebut “pendidikan gasan semacam itu.
langgar”, sebagai sarana “satu hadap saja, Di sisi lain terdapat hal menarik dari
semata-mata agama” (Noer, 2015: 71). gagasan Hatta. Selain agama dan filsafat,
Pendidikan seperti itu belum mampu mela- serta agama dan sosiologi, Hatta menem-
hirkan pemimpin muslim yang ideal, seh- patkan agama dan sejarah sebagai unsur
ingga dibutuhkan pendidikan yang kom- penting dalam pendidikan Islam. Sejarah
prehensif, tidak hanya sekedar menghafal. ditempatkan Hatta sebagai pendidikan,
Hatta menjawab kekurangan pendidikan khususnya dalam pendidikan Islam. Sudah
tradisional Islam melalui gagasannya yang pasti, Hatta memiliki alasan atas gagasann-
juga direpresentasikan oleh STI. ya menempatkan sejarah sebagai unsur
Mungkin lulusan pendidikan tradision- penting dalam pendidikan Islam. Agama
al Islam bisa menjadi ulama besar, tetapi dan sejarah dalam pandangan Hatta dapat
untuk memimpin masyarakat diperlukan memperluas pandangan agama, membawa
hubungan dengan tiga bidang lain, yak- orang ke arah mengerti tentang lahir dan
ni agama dan filsafat, agama dan sejarah, berkembangnya agama di berbagai tempat
serta agama dan sosiologi (Noer, 2015; dan berbagai masa di dunia ini, dan men-
71). Unsur modern dimasukkan ke dalam gajar mengerti tentang pendirian agama
pendidikan Islam, karena kompleksitas ke- lain (Supardi, 1995: 36). Sejarah memang
hidupan masyarakat yang dinamis. Diper- berkaitan dengan peristiwa masa lalu, tidak
lukan berbagai ilmu untuk menjawab per- hanya sekedar bercerita, tetapi juga mem-
masalahan sosial, karena seorang ulama beri arti pada peristiwa masa lalu. Oleh
tidak hanya berkutat dengan agama. Ag- karenanya sejarah memiliki nilai edukasi
ama mempunyai medan sendiri, terpisah dan tentunya sebagai pendidikan.
dari medan ilmu, agama adalah datum bagi Hubungan agama dan sejarah dapat
ilmu (Hatta, 1983: 53). Di sini perlu adan- dikatakan berkelindan. Agama Islam
ya kolaborasi antara Islam dan ilmu untuk memiliki kedekatan dengan sejarah, di
saling mengisi. mana dalam mengambil suatu keputu-
Gagasan Hatta menempatkan ilmu se- san bersumber pada Al-quran dan hadits.
bagai salah satu unsur penting dalam pen- Kedua sumber tersebut banyak memuat
didikan Islam. Bagi sebagian orang, Islam kehidupan Nabi Muhammad dan para sa-
dianggap tidak hanya sekedar agama, me- habat di masa lampau, sehingga mema-
lainkan juga sebagai paradigma, dan par- hami masa lampau sangat penting. Se-
adigma selalu dihadapkan dengan realitas lain itu, perhubungan agama dan sejarah
Jurnal Sejarah