Page 69 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 69
VOLUME 03 | NOMOR 1 | JUNI 2019
Potret Pendidikan Masa Kolonial
di Situbondo
Siti Hasanah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
sitihasanah100@yahoo.com
ABSTRAK – Artikel ini membicarakan tentang beberapa sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial
Belanda di Situbondo, diantaranya Hollandsh-Inlandsche School (HIS), Europeesche Lagere School (ELS),
dan Meisjesschool. Selain itu juga membicarakan sekolah partikelir Taman Siswa dan Madrasah Moh Alwi
sebagai pelopor pendidikan yang tidak hanya mengajarkan santri-santrinya kurikulum keagamaan saja,
namun juga mengajarkan baca tulis hitung serta bahasa Belanda. Besuki merupakan pusat administrasi
bagi empat kabupaten yang saat ini berdiri menjadi Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Jember dan
Banyuwangi. Tahun 1892 terdapat aturan kewajiban pendidikan dasar harus ada pada setiap karesidenan,
Kabupaten, Kawedanan, pusat perdagangan dan beberapa tempat yang dianggap perlu. Selain karena
aturan politik etis, banyaknya perkebunan tebu dan kopi yang terdapat di wilayah Situbondo mengharuskan
pemerintah kolonial mendirikan sekolah-sekolah guna mencetak tenaga kerja dan pegawai yang murah
untuk dipekerjakan di kantor-kantor perkebunan dan tenaga administrasi pemerintahan. Yang menjadi
unik pada pendidikan masa kolonial di Situbondo adalah bagaimana keterbukaan masyarakatnya terhadap
pendidikan ala barat masa waktu itu di tengah religiusitas masyarakatnya yang tinggi, menjadikan wilayah
Situbondo (eks ibukota Karesidenan Besuki) masa kini dengan mudah mengkolaborasikan pendidikan
modern dengan pendidikan pesantren. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendidikan formal berbasis
pesantren yang tinggi serta menjadikan Situbondo basis kota santri dan kota bumi sholawat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan tahapan kerja ilmu sejarah. Mengumpulkan arsip-arsip
tulisan dan foto-foto yang didapatkan dari arsip daerah dan dari penggiat sejarah Situbondo. Selain itu juga
dilakukan wawancara terhadap pelaku sejarah (mantan siswa HIS dan Sekolah Rakyat) guna melengkapi
memori yang seluas-luasnya dalam penggalian perjalanan sejarah pendidikan di Situbondo yang tidak
terekam dalam dokumen dan foto.
KATA KUNCI – Pendidikan Kolonial, Madrasah, Perkebunan, Situbondo
ABSTRACT – This article discuss about several schools established by the Dutch colonial government
in Situbondo, including Hollandsh-Inlandsche School (HIS), Europeesche Lagere School (ELS), and
Meisjesschool. In addition, it also discussed the private school Taman Siswa and Madrasah Moh Alwi
as a pioneer of education that not only teaches their students with religious curricula, but also teaches
with literacy and Dutch. Besuki is the administrative center for four districts, which today famous called
as Situbondo, Bondowoso, Jember and Banyuwangi Regencies. In 1892 there were rules regarding the
obligation of basic education in every residence, Regency, Kawedanan, trade center and some places
deemed necessary. In addition to the ethical political rules, the large number of sugar cane and coffee
plantations in the Situbondo area. The colonial government established schools to produce cheap labors and
employees to be employed in plantation offices and government administrative personnel. What became
unique in colonial education in Situbondo was how the openness of the community towards western-style
education at that time in the high religiosity in this area. Today, its formed the Situbondo region (the
former capital of the Besuki Residency) have saverals schools that collaborate between modern education
and pesantren education. This can be seen from the high number of formal pesantren based education and