Page 17 - BUKU AJAR PERKAWINAN DALAM ISLAM DAN HIKMAHNYA_Neat
P. 17
5. Saksi, syaratnya yaitu :
1) Dua orang laki-laki
2) Beragama islam
3) Dewasa/baligh, berakal, merdeka dan adil
4) Melihat dan mendengar
5) Memahami bahasa yang digunakan dalam akad
6) Tidak sedang mengerjakan ihram haji atau umrah
75
7) Hadir dalam ijab qabul.
G. Sighat Akad, Wali dan Saksi dalam Pernikahan
1. Sighat Akad (Ijab – Qabul)
Sighat secara bahasa artinya bentuk kalimat, kata (bahasa). Sedangkan sighat secara
76
istilah yaitu lafadz atau kata yang digunakan dalam akad tertentu. Kemudian kata ”akad”
Akad menurut bahasa diambil kata ’aqoda – ya’qidu – ’aqdan yang berarti mengikat
sesuatu dan juga bisa dikatakan seseorang yang melakukan ikatan, seperti dalam
perkataan ’aqoda al-bai’ yaitu seseorang yang melakukan ikatan jual beli.
Ketentuan dalam hukum Islam, sighat merupakan salah satu unsur sahnya pernikahan.
Akad nikah mempunyai dua unsur yaitu lafadz akad dan nikah. Lafadz nikah juga
disebut juga dengan sighat nikah, artinya lafadz atau ucapan yang dilakukan oleh dua
orang dari pihak mempelai pria dan wanita.
Menurut al-Zurjani, akad menurut istilah adalah suatu ikatan yang membolehkan untuk
melakukan sesuatu dengan adanya ijab dan qabul. Sedang menurut Ibnu Abidin, akad
adalah ikatan yang ditetapkan dengan ijab dan qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang
77
berdaampak pada objeknya.
Dapat diambil pengertian bahwa sighat akad nikah adalah suatu ikatan pernikahan yang
menerapkan kerelaan yang dilakukan antara kedua belah pihak dari calon pengantin pria
dan wanita yang berupa adanya ucapan ijab dan qabul.
Istilah ijab dan qabul nikah adalah ucapan penyerahan yang dilakukan oleh wali mmpelai
perempuan dan penerimaan oleh mempelai laki-laki dalam pernikahan. Lafadz ijab seperti
perkataan wali nikah ”Aku kawinkan engkau ....atau ”aku nikahkan engkau dengan
putriku”, lafadz qabul seperti ”Saya terima nikahnya”, atau ”...perkawinannya” atau
”...pernikahan ini” atau ”... perkawinan ini”. Contoh lain lafadz ijab dan qabul seperti
perkataan wali perempuan : ”Saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama ... dengan
maskawin ...tunai”, lafadz qabulnya diucapkan oleh mempelai laki-laki, ”Saya terima
nikahnya .... binti .... dengan maskawin ....tunai”.
Syarat-syarat yang harus dilaksanakan dalam melakukan ijab qabul dalam pernikahan
pernikahan yaitu : 1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali, 2) Adanya penerimaan
dari calon mempelai pria, 3) Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kata
nikah, 4) Antara ijab dan qabul bersambung, 5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya, 6)
Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang dalam ihram, haji atau umrah, 7)
Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang, yaitu calon
75 Direktorat KSKK Madrasah, Op. Cit., halaman 11 – 102.
76 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia, (Yogyakarta,Multi Karya Grafika, 1996), halaman 1198.
77 Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat 1 (Bandung; Pustaka Setia, 2001), halaman 201.
17