Page 14 - BUKU AJAR PERKAWINAN DALAM ISLAM DAN HIKMAHNYA_Neat
P. 14
adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Artinya : ”dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas
kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan
hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati
(campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna),
sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha
62
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Ketentuan Kafaah
Ukuran kafa’ah yang menjadi rujukan utama adalah al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana dalil
naqli di atas. Informsi yang dapat diperoleh dari beberapa ayat di atas tentang batasan kafaah
meliputi unsur-unsur yaitu keimanan / ketaqwaan (beragama) kepada Allah SWT, berakhlak
Islami; menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
taat kepada Allah dan rasul-Nya., wanita-wanita (lain) yang disenangi, atau budak yang
dimiliki.
Tolak ukur kafaah menurut sebagian ulama adalah keistiqamahan dan perilaku, bukan nasab,
63
pekerjaan, kekayaan, dan hal-hal lain. Hal ini berarti, para wali nikah tidak memiliki hak
untuk menolak dan menuntut pembatalan akad pernikahan dengan alasan tidak sederajatnya
keadaan antara suami – istri dalam masalah selain keistiqamahan dan perilaku (ahlak). Artinya
apabila keistiqamahan pada diri seorang laki-laki tidak ada, maka dia tidak sekufu bagi seorang
wanita solehah. Keadaan seperti ini pihak wanita memiliki hak untuk menolak atau
membatalkan akad pernikahan apabila dipaksa untuk menikah dengan laki-laki yang fasik,
misalnya memiliki perilaku sebagai pemabuk, memiliki harta haram, sering bersumpah dengan
64
kata talak dan perilaku buruk lainnya.
Ketentuan kafa’ah menurut Sayyid Sabiq, yaitu suami memiliki kedudukan yang sama dan
65
sepadan dengan istrinya dalam hal tingkatan sosial, moral dan ekonominya. Menurut An-
Nawawi, kafa’ah (kufu; kesertaraan/selevel) itu ada pada 5 hal, yaitu nasab, agama, status
66
merdeka (baca: bukan budak), pekerjaan, dan tidak memiliki cacat. Sebagian ulama
berpendapat bahwa, kafaah itu diukur dengan nasab (keturunan), kemerdekaan, agama, pangkat
pekerjaan/profesi dan kekayaan. Pendapat lain mengatakan bahwa kafaah itu diukur dengan
67
ketaatan menjalankan agama.
Hikmah Kafa’ah
Kesepadanan kedudukan antara suami dengan istri dalam pernikahan kemungkinan besar akan
dapat menciptakan keharmonisan dalam berumah tangga. Kesepadanan antara suami – istri
dapat menutup adanya perselisihan dan menghindari terjadinya kehancuran ikatan pernikahan.
62 Departemn Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya QS. 4 : 3 dan 24.
63 Sayyid Sabiq, Op. Cit., halaman 393.
64 Sayyid Sabiq, Ibid., halam 394.
65 Sayyid Sabiq, Ibid., halaman 392.
66 An-Nawawi, Op. Cit., halaman 309.
67 Direktorat KSKK Madrasah, Op. Cit., Halaman 100.
14