Page 66 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 66
KATA-KATA DAN MASYARAKAT
Jangan langgar kata-kata yang kusampaikan!
Petunjuk-petunjuk dari orang tua itu berharga; kau
harus mematuhi mereka …”
Laki-laki dari Shuruppak adalah pemimpin dari kota terakhir
sebelum terjadi Air Bah, dan dia sedang berbicara dengan
putranya Ziusudra, yang di Sumeria setara dengan Nuh dalam
Alkitab (seperti yang akan kita lihat nanti!), yang membuat
bahtera penyelamat nyawa dan memperoleh kehidupan abadi
bagi dirinya sendiri. Namun, petunjuk-petunjuk selanjutnya tidak
ada hubungannya dengan pembuatan bahtera atau pembuatan
kapal, tetapi merupakan aturan-aturan dari sebuah kebudayaan
pertanian yang memperkenalkan semacam etika yang disebut
oleh Bendt Alster, sang penerjemah, sebagai ‘“egoism sederhana”
yakni, jangan lakukan apa pun pada orang lain yang mungkin
akan mengundang mereka untuk membalasmu’. Ini merupakan
sebuah komposisi yang sangat bernilai; teks-teks pertama
muncul pada sekitar pertengahan milenium ketiga SM, dan
masih dibaca pada milenium pertama di Assyria dan Babilonia,
dengan bantuan terjemahan bahasa Akkadia yang sama-sama
berguna juga bagi kita.
Peribahasa, dan literatur kearifan yang berasal darinya, dengan
demikian muncul dalam bahasa Sumeria maupun Akkadia, dan
pernyataan cerdik jenaka yang tajam, sengit, dan sinis tampaknya
mengalir secara wajar dalam bahasa Sumeria. ‘Jangan tertawa
bersama seorang perempuan jika dia sudah menikah: fitnah
itu kuat’ adalah satu contoh yang menyedihkan. Kata untuk
‘perawan’, kiskilla, secara harfiah berarti ‘tempat yang murni’,
dan gadis-gadis pada awal sejarah harus perawan pada saat
menikah. Seorang pria cabul dari Babilonia, yang diseret ke
http://facebook.com/indonesiapustaka bahwa zakarku tidak masuk ke dalam pukasnya; bukan, seseorang
hadapan seorang hakim pada sekitar tahun 1800 SM, bersaksi,
Aku bersumpah bahwa aku tidak berhubungan badan dengannya,
mengingat, terakhir kalinya seseorang menjelaskan hal semacam
itu secara teknis. Bangsa Mesopotamia selalu takut akan fitnah;
bagi mereka, dan
hal itu merupakan salah satu hal penting
55

