Page 61 - buku-Puisi
P. 61
61
kata lain yang tentunya memiliki kemiripan karakter. Kata ’jamrut’ yang berkarakter
bening kehijau-hijauan merupakan pengiasan dari kata ’embun’ yang juga berkarakter
percikan air di daun-daun yang umumnya berwarna hijau. Menurut Effendi (2004:72)
penggunaan kata yang bermakna kias ini dapat memperkonkret, memperlengkap,
mempercermat, dan memperkhas imaji sesuatu yang diungkapkan dalam sajak.
Berikut ini contoh telaah kata di dalam puisi yang dikutip dari Aminuddin
(1987:141-2). Bacalah bait pertama puisi ”salju” di bawah ini secara cermat!
Ke manakah pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pepohonan kehilangan daun
Seandainya kita penggal secara terpisah, maka dari bait puisi di atas akan kita
jumpai adanya bentuk (1) ke, (2) mana, (3) –kah, (4) men, (5) cari, (6) matahari, (7)
ketika, (8) salju, (9) turun, (10) pohon, (11) ke-an, (12) hilang, dan (13) daun. Bentuk ke
sebagai kata depan, dan bentuk men- serta ke-an sebagai imbuhan keberadaannya tidak
dapat dilepaskan dari kata-kata yang mengikutinya, sedangkan kata ketika dapat
ditentukan sebagai kata tugas, yang keberadaannya tidak dapat dilepaskan dengan kata
yang mendahuluinya dan mengikutinya. Bentuk demikian itu umumnya hanya
mengandung makna yang denotatif atau makna yang bersifat gramatikal.
Setelah kembali membaca bait puisi di atas secara berulang-ulang, ternyata pada
larik pertama puisi di atas tidak kita jumpai adanya keanehan karena kita sering
menggunakan kalimat ”Ke manakah pergi?” Dengan kata lain, bentuk ”ke manakah” dan
”pergi” dapat diidentifikasi sebagai ikon dan indeks. Akan tetapi, pada larik kedua kita